Berisi tentang cerita, foto, video, hoby, Aktivitas, dalam perjalanan petualang dan pencari pengalaman

6/19/23

Kota Ende : Maboknya Petualang, Sedapnya Sambal Dabu dan Tragedi Tas Biru Zaqi

Masih Trip di hari ke 4. Setelah dari danau 3 warna Kelimutu, kami melanjutkan perjalanan menuju kota Ende. Cerita perjalanan hari ini tentang kunjungan kita ke Kota Ende yang membawa kesan perjalanan adanya drama Maboknya Petualang, Sedapnya Sambal Dabu dan Tragedi Tas Biru Zaqi. Bagaimana kejadian tersebut yuk kita lanjutkan simak. Sebelum kita nanjak ke puncak Kelimutu, sudah disampaikan oleh sopir dan ketua tim kita bang Noel "agar siang sebelum jam 10 kita sudah harus berada di tempat pengantrian jalan yang sedang diperbaiki" (saya lupa nama tempatnya). Rute untuk menuju Kota Ende,  sedang ada perbaikan jalan dan bukit yang sering longsor, sehingga sudah lama daerah ini dalam tahap perbaikan. Rute tersebut merupakan jalan satu satunya untuk menghubungkan Kelimutu ke Ende sehingga sistem jalannya buka tutup.  Setiap 2 jam sekali jalan itu dibuka. 2 jam lagi jalan diperbaiki. sehingga butuh lama dalam mengantri. Jika lebih cepat kita akan menghemat waktu.


Dalam perjalanan menuju Ende, diawali dengan drama Maboknya Petualang. Kami menikmati pemandangan yang indah disela sela aroma kotoran babi. Disisi itu ternyata Akbar, teman trip dari kota Makasar memperlihatkan wajah yang pucat dengan keringan dingin, sehingga tercetuslah ucapan dari Ririn (teman dari Jakarta) "akbar kamu mabok?" dia menjawab "kepalaku pusing" dia berusaha tetap memejamkan mata di kondisi duduk pinggir, hingga sayapun penyarankan kepada teman yang duduk dekat dia "dipijet pijet punggung dia" hingga muncul ide "posisi duduk dia diganti dengan mas Zaqi sehingga dia bisa rebahan di atas tas kita menumpuk". Sehingga dia bisa lebih relax,  Posisipun berganti. Dibalik maboknya teman kita yang satu satu masih mahasiswa tersebut, terucap buly-an dari kita "petualang bisa mabok mobil juga" candaan itupun tidak dia pedulikan, nampaknya dia konsentrasi bagaimana mengembalikan kondisi dia agar tetap kuat.

Sebelum jam 10 kami sudah berada di tempat perbaikan jalan tersebut, sudah 5 kendaraan mengatri di depan kami, motorpun sudah cukup banyak. Di depan memang sedang ada mesin eksavator dan sejenisnya sedang merontohkan bebantuan dan bekerja memperbaiki jalan tersebut. Saat itu Kamipun sepakat untuk mencari makan di sekitar tempat itu, waktu masih ada, perut  sudah merontah karena kita sejak dari puncak Kelimutu perut belum berisi. Setelah makan Saya kembali ke mobil, saya masih melihat si Akbar masih tertidur ayam diatas tas-tas tersebut, saya kembali menawarkan dia agar makan, tapi dia menolak. Sang Petualang  masih terlena oleh 
maboknya. Saya pun memberi beberapa makanan nampaknya dia tidak tertarik, masih fokus dengan mabok perjalananya. Hingga akhirnya ada tawaran buah jeruk dari bu Siuli kepada dia, diapun mengkonsumsinya.  Disela-sela mabuknya, sang petualang (Akbar) bercerita kalau dia kurang istirahat sejak sampai di Maumere, ini adalah hari 4 trip kita, dia juga sudah terlalu banyak mengkonsumsi moke (minumal beralkohol asli Flores). Sehingga kondisinya jadi down. Sehingga Saya hanya bisa menyarankan agar dia beristirahat saja.

Setelah sekitar kurang 1 jam kami menunggu, jalanpun sudah dibuka, motor terlebih dulu melewati jalan tersebut. Selanjutnya perjalanan yang indah menuju Kota Ende dengan pemandangan bukit yang curam dengan jurang yang asri menjadi menyejuk mata. Apalagi dalam kondisi duduk di mobil pickup yang berhimpit dan aroma tidak sedap tersebut menambah jumlah maboknya para Petualang.  Saya berusaha untuk tak menghiraukan kondisi penyebab Maboknya Petualang. saya terus menikmati dan melihat bukit-bukit indah sepanjang jalan itu. Terdapat bekas memutih di dinding-dindingnya, cukup tinggi yang ternyata sisa aliran air terjun pada saat musim hujan. Sempat saya berpikir, jika musim hujan akan indah sekali bukit itu dengan banyak air yang jatuh di dinding bukit itu. Kapan bisa datang kembali?

Kurang lebih perjalanan 2 jam, kami sampai di kota Ende, kami tiba di rumah Saudaranya bang Nuel, kami turun dan menurunkan barang masing masing, hingga mobil pickup pun berlalu balik selesai menghantarkan kita. Saya berduduk santai teras rumah tempat kami singgah tersebut. Sedangkan teman yang lain mandi dan beres-beres.  Berbeda dengan mas zaqi, dia sibuk membongkar semua isi tas dan mencuci tasnya karena sumber bau di mobil pick up adalah kotoran babi, yang paling banyak mengenai bagian tas dia. Akibat itu tasnya bau super serta kekesalannya meradang. Walau saat itu tas punya mas Ibnu terkena juga tetapi tidak separah punya mas Zaqi. ini adalah tragedi tas Biru mas Zaqi yang membuat dia tambah pusing melebihi Maboknya Petualang. Dia sembari mencuci tas biru tersebut dengan hawa emosi dan bergumam; "ini kan babi haram, barang-barang saya, pakaian saya gimana ini?" saya mau sholat gimana?. saya tidak bisa berkata-kata lagi, hanya mendengarkan ocehan demi ocehan dia tersebut. sayapun izin untuk meninggalkan dia yang sedang sibuk membersihkan pakaian dia. saya bergabung dengan teman teman yang ada dalam rumah. 

Saat itu kami habiskan mengobrol asik dengan pihak rumah, hingga datang minibus elf, dan mobil tersebut yang akan menghantarkan kita untuk trip selanjut dari Kota Ende ke Riung, Waerebo, Cancar, dan Labuhan Bajo. Sambil menikmati teh anget dari pihak rumah saya lihat mas Zagi masih sibuk dengan tas yang dia cuci dan jemur, pakaian isi tas terhambur di atas plastik karpet, wajahnya sangat serius sekali, beberapa kali tawaran teman untuk menikmati teh anget tanpa dia perdulikan. Dia masih terbawa oleh Tragedi Tas Biru Zaqi yang  melebihi maboknya petualang.

Selang beberapa saat, hidangan makan siang sudah disiapkan. Kamipun menikmati makan siang dengan sajian khas dari keluarga bang Nuel di kota Ende ini, dengan makan khas ikan bakar dan sambal dabu dabu, wah nikmat sekali, kamipun dengan lahap dan semangat makan hingga perutpun full. Terima kasih sekali kepada bang Emanuel dan keluarga yang telah menyajikan makanan gratis kepada kami. Disini saya juga mengenal kuliner makanan khas Sedapnya Sambal Dabu asli Kota Ende. 

Selang beberapa menit ke jam. Kamipun sudah selesai makan. Mas Zaqi Baru kelar membersihkan tas birunya. Makan dia tertunda karena kesibukannya dengan tas terkena kotoran babi. Sambil makan diwajahnya masih tersimpan kekesalan atas kejadian dengan tas birunya. Beberapa ucapan muncul "jijik najis  gw mah, itu kotoran babi, najis tralala'". inilah cerita pahit manis kita saat di Kota Ende : Maboknya Petualang, Sedapnya Sambal Dabu dan Tragedi Tas Biru Zaqi. 

Ya itulah pengalaman trip yang untuk kita kenang.. Selanjutnya setelah foto bersama dan pamit kepada Kakak dan keluarga Bang Niel di Kota Ende, kita akan melanjutkan trip menggunakan minibus elf menuju Riung 17 Pulau, akan tetapi kita memampir di situs sejarah, Rumah pengasingan soekarno presiden RI pertama di kota Ende.
Rumah pengasingan bung karno di kota Ende, Flores Nusa Tenggara Timur
Berikut ini video keseruan kami saat berkunjung ke Flores - komodo dalam balutan frame: Jejak Kami di flores Labuhan Bajo Komodo Nusa Tenggara Timur

No comments: