Berisi tentang cerita, foto, video, hoby, Aktivitas, dalam perjalanan petualang dan pencari pengalaman

Showing posts with label Flores Labuhan bajo Komodo. Show all posts
Showing posts with label Flores Labuhan bajo Komodo. Show all posts

6/20/23

Sawah Jaring laba-laba di Cancar Pulau Flores sebagai Lambang Persatuan

10:09 PM 0
Ketika tiba di perkampungan ini, Kami melihat banyak perbukitan dan hamparan sawah serta perumahan. Hingga sampailah di salah satu rumah warga, di sanapun tidak begitu spesial. Namun setelah turun dari mobil, terlihat jalan setapak di samping rumah tersebut dengan jalan menanjak, dalam benak saya pasti itu jalan menuju puncak untuk melihat sawah yang lagi blooming di sosial media, sawah jaring laba laba bahasa kerennya field rice spider web

Pada saat itu terlihat langit nampak menggelap, dalam pikiran Saya "kondisi cuaca ini tidak begitu mendukung, agak berawan mendung, sehingga kita harus cepat cepat ke lokasi yang indah itu", dengan bergegas keluar mobil dan menuju jalan disamping rumah tersebut naik meniti tangga tanah disana, lalu setelah beberapa tangga saya naiki, terdengarlah sahutan dari bapak - bapak yang ada di sekitar rumah, tersebut, "jika mau ke atas harus bayar dulu" saya yang terlebih dahulu berangkat ke atas, kembali turun dan mendekati bapak tersebut. Kebetulan teman-teman juga sudah menghampiri bapak itu yang sedang duduk di pendopoh samping rumah itu, dari percakapan teman dengan bapak tersebut, ternyata untuk ke atas harus bayar 15 ribu perorang. Dari bapak tersebut kita bertanya-tanya tentang  sawah jaring laba laba ini. 

Selanjutnya melihat kondisi cuaca makin mendung, kita bergegas untuk naik ke atas. Sambil menaiki tangga, teman team leader kita, bang Noel bercerita ke tempat tersebut dulunya tidak bayar, ternyata sekarang sudah bayar. Setelah selesai bayar biaya masuk, kita segera menanjak ke atas, cukup melelahkan sekitar 10 menit. dipuncak bukit setelah menanjak kami sudah dapat melihat pemandangan sawah yang membentuk jaring laba-laba. Kami disana langsung beraksi dengan foto-foto dan video, serta salah satu teman juga menggunakan dronenya. 

Ini fotonya setelah kami diatas bukit sawah jaring laba laba, saya dokumentasikan dengan kamera saya. 

Saya asik membuat video sendiri ala muter muter serta foto. Dari percakapan kami, terdapat 7 lingkangan jaring laba laba pada pemandangan sawah tersebut. kembali teringat apa yang disampaikan oleh bapak asli sana, Dari info yang saya terima, tujuan pembuatan sawah dengan bentuk jaring laba laba adalah sebagai simbol persatuan semua warga di daerah ini.  

Rute jalan menuju ke sawah jaring laba laba di cancar ini adalah jika dari Labuhan Bajo adalah menuju ke letak objek wisata yang sangat indah ke Cancar Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur ditempuh dengan kendaraan sekitar 3 jam lebih sekitar 120 kilometer. 

Berikut ini video bagaimana keadaan aslinya di lokasi wisata di Manggarai ini diawali dari Kampung adat Bena lalu ke 
sawah jaring laba laba bahasa kerennya field rice spider web

6/19/23

Trip Danau Kelimutu: Bau Itu, Sedih Itu, dan Bahagia Kita

11:05 PM 0
Trip hari ke 4, artikel lanjutan ini bertajuk : Trip Danau Kelimutu: Bau Itu, Sedih Itu, dan Bahagia Kita. ada apa dengan Bau?, sedih dan bahagia di trip kita kali ini saat di danau tiga warna Kelimutu. Yuk terus simak cerita perjalanan kita dari group JALA MANA NUSANTARA ekplore Flores - Komodo. Kita mengunjungi danau yang sempat menjadi salah satu gambar di mata uang rupiah kita, yaitu danau tiga warna, danau Kelimutu. 
Foto Danau Kelimutu
Sumber Foto : Rasuane Noor
Bau itu ? 
Melanjutkan cerita sebelumnya Keasikan kita di kampung adat Jopu, Wolowaru, kabupaten Ende, berlanjut ke danau Kelimutu. Dimana perjalanan kita dimulai dini hari. Berangkat dari desa  / kampung halaman bang Imanuel (tim leader dalam trip ini)  pukul 3 kurang 15 WITA kita sudah siap dan berangkat menuju ke Taman Nasional Kelimutu. Tujuan kita lebih pagi untuk menyaksikan matahari terbit / sunrise di puncak Kelimutu. Mau tidak mau kita berangkat lebih pagi. Dengan menggunakan mobil pickup yang kita sewa kemaren sejak dari Maumere, kita kembali dengan mobil yang sama. Dini hari itu barang-barang kita masukan ke mobil pickup tersebut dan kitapun berangkat. Dalam kondisi mengantuk di dalam mobil pickup mulai tercium bau yang sangat tidak sedap.  Tetapi kok bau-nya awet sekali. Akhirnya terceploslah diantara kita, ini bau apa ya kok bau sekali? Sehingga bau tersebut menjadi obrolan yang sedap dalam aroma bau yang sangat tidak sedap. sumber bau sampai tiba di parkiran Wisata Kelimutu belum terjawab juga.  Yuhuu ini cerita yang akan menjadi kesan tidak asik bagi peserta trip terutama bang zaqi (salah satu teman trip asal Banten). 

mobil pickup yang kita sewa menuju Ende dan Kelimutu
Sumber Foto : Zhengwenlung
Trip Danau Kelimutu: Bau Itu? Sejak awal menaiki mobil pick up, ada aroma bau yang sangat menyengat, sejak saya memasukan tas ke dalam mobil, saya sudah mencium bau ini, sejak itu saya pikir "apa saya menginjak kotoran kok bau sekali" saya langsung periksa sepatu dengan menggunakan headlamp, lalu saya arahkan lampung tersebut kesekitarku, mungkin sumbernya dari bawah atau sekitar mobil. Saya tidak menemukan sumber bau tersebut, bersela barang-barang kita masuk mobil, saya bergegas naik dan duduk di posisi dekat tas. Akan tetapi bau itu masih sangat menyengat, hingga saya pun terucap, "lah ini bau asalnya dari mana ya? Ternyata ucapan saya didengar oleh pak sopir, dia menjawab " oh ini bau kotoran babi disekitar, disini banyak ternak babi" ya sudah berpikir mungkin dengan berjalannya mobil, bau akan menghilang,  berselang mobil berjalan tetapi bau itu tetap saja terciup hingga buat kepala berduyut pusing, akhirnya sayapun harus mengeluarkan buff untuk menutup hidung hingga baunya tidak begitu tercium. inilah menjadi cerita kami Trip Danau Kelimutu: Bau Itu?. Selanjutnya sambil tidur ayam 1 jam sudah kami di dalam mobil tersebut. Tepat jam 4 kita tiba di pintu gerbang Taman Nasional Kelimutu. 

Hawa sejuk dan segar napas terasa setelah turun dari mobil pickup setidaknya bau itu benar-benar tidak tercium lagi. oh tuhan sampai pusing kepala dengan dengan Bau itu pada trip ke Trip Danau Kelimutu ini. Dari obrolan ke obrolan sesama peserta bahwa hingga beranggapan bahwa bau ini sangat beda dengan bau yang perna kita cium. sampai diantara kita berkeyakinan ini mobil habis membawa binatang babi terus kotorannya tertinggal di dalam mobil, serta sudah tertimpa oleh tas-tas kita.  Tapi Saya tidak mendengar cerita dari pak sopir, apakah benar atau tidak dari alibi kita saat itu. 

Sambil menunggu petugas membuka pintu gerbang Taman Nasional Kelimutu sebagian kami memesan kopi, teh anget dan mie instan, sedangkan saya sambil menunggu datangnya pesanan, saya mengambil foto milkyway. Saat itu cuaca sangat cerah dan langit bertaburan bintang. Sangat cocok sekali untuk berburu foto bintang. Bersama Kurnia, ibnu dan Akbar kami sesekali berdiskusi tentang hasil jepretan subuh itu. Dengan kegiatan itu membuat kita terlupa akan Bau itu di perjalanan Trip Danau Kelimutu ini. 
foto milky way pada langin di sekitar Danau Kelimutu
Sumber foto : Rasuane Noor 
Jam 5 kurang mobil-mobil travel sudah berdatangan dan mengantri masuk di belakang mobil pickup kami, setelah membayar tiket, mobil kamipun berangkat kembali memasuki pintu gerbang Taman Nasional Kelimutu. Sekitar 20 menit sampai juga di parkiran. Kami langsung turun dan siap jalan menuju puncak di danau Kelimutu. Setelah masuk parkiran dan masuk menuju arah danau kita tracking sekitar 30 menit sampai dipucak, yang berada tepat di tengah ketiga danau tiga warna tersebut. 

Perjalanan tracking sekitar 30 menit dalam kondisi gelap berjalan menuju puncak danau Kelimutu, Saya Mbak Sri, dan Koh Alung tertinggal di Belakang, sedangkan teman teman yang lain sudah terlebih dahulu menuju puncak danau Kelimutu. Dalam hati cepat sekali mereka ya? Sedangkan itu kondisi yang saya rasakan napas sudah ngos ngosan. saya tetap berjalan santai dan akhirnya, saya lebih dulu sedikit dari kedua temanku tadi, hingga saya bertemu dengan Bunda Suili. 

Di trip Danau Kelimutu ini kami meniti tangga ke puncak dengan diiringi aroma sulfur, sehingga semakin menambah sesak napas dan ngos ngosan. Tetapi  semangat ke puncak makin membara. Bersama-sama bu Siuli, akhirnya saya sampai di puncak, setelah di puncak Danau Kelimutu, rasa syukur dan bahagia bercampur aduk. Tapi saya belum dapat melihat bentuk dari danaunya karena kondisi masih remang remang atau belum terang. 

Cerita Inspiratif dari Bunda Siuli dari Jakarta 
Disela - sela warna emas jingga kemerahan mulai terlihat bukti bahwa matahari akan terbit / sunsrise. Seketika itu saya melihat ibu Siuli, menepi ke pagar sambil terisak isak, saya langsung kaget dan saat itu juga mas Zaqi melihat juga keadaan Ibu tersebut, Dalam benakku saat itu "apakah ibu Siuli sesak napas akibat kelelahan" saya mendekati beliau sambil bertanya "ada apa dengan Ibu?" sambil isak isak dia menjawab "inilah cita-citanya sejak kecil baru kecapai setelah umur 40an" Saat itu juga rasa iba dan haru bercampur di otakku, saya terbawa arus, membuatku juga meneteskan air mata, saya berusaha menjauh dari ibu suili dan mas zaqi saat itu. 

Sambil memandang warna indah di ufuk timur dan danau yang mulai nampak, Aku teringat almarhum Ayahanda tercinta kalaku masih kecil beliau bercerita "ada danau indah 3 warna di Indonesia timur tapi itu sangat jauh sekali, entah beberapa hari untuk sampai kesana"  Dulu keadaan masih di desa, untuk ke kota saja harus sehari, bagaimana harus menyeberangi lautan dan pulau. Makanya menjadi memori tersendiri di otak hingga dewasa. Tapi Alhamdullillah anakmu berhasil menginjakan kaki di danau indah ini, Danau Kelimutu. Alfatehah langsung terucap untuk almarhum Ayahanda Sehadi. Semoga Arwahmu tenang di Alam Kubur. Doa buat ibuku serta keluarga besar selalu terucap saat itu semoga kita selalu diberikan kebahagian dan kesehatan.. Aamiin.. 

Dari cerita bu Siuli menjadi inspirasi bagi kita semua dimana yang sampaikan beliau "Memang impian saya waktu kecil adalah Tembok China (salah satu benda yang terlihat langsung dari bulan) dan KELIMUTU". lanjut ungkapan bu Siuli "Puji Tuhan keduanya saya dapati di tahun ini di usia lebih dari 1/2 abad, seperti yang ditulis anak saya pada saya untuk mencapai impian.  MA. TUHAN TIDAK MELIHAT HARTA MAMA TIDAK MELIHAT KEKUATAN MAMA ... TAPI DIA MELIHAT TEKAD MAMA UNTUK MEWUJUDKANNYA". selanjutnya, "Ternyata Tuhan mempermudah dan  melimpahkan bonus bonus dalam perjalanannya.  Keindahan alam dari tempat yang lain, teman dan persaudaraan dalam perjalan serta keharmonisan hubungan ibu dan anaknya". "Aku sangat bersyukur pada Tuhan .. Dia menjawab doa doaku, sehingga aku boleh membuat impian impian baru lagi". aamiin.  

Semoga tercapai cita-cita mulya untuk Ibu Siuli. Beriring berputarnya bumi pagi itu, suasana mulai terang, beberapa saat tertegun dalam suasana haru biru itu, hingga disamperi teman-teman mengajak "ayo foto keluarga", hingga keceriaan dan kebahagian narsis dan foto ria, melunturkan gundahan saat itu. Saya lihat ibu Suili sudah ceria merona kembali.Trip Danau Kelimutu ini sudah berbalik Sedih Itu, dan Bahagia Kita. Mengabadikan lokasi dengan foto dan videopun berlanjut hingga matahari muncul, video versi muter muter, sudah beraksi, hingga drone punya Kurnia mengudara,  

Danau kelimutu banyak cerita tentang danau ini, Danau Kelimutu merupakan danau tiga warna dengan ketinggian sekitar 1639 meter, danau kawah Kelimutu terletak sekitar 66 km dari kota Ende dan 83 km dari Kota Maumere. Danau tersebut yang masing - masing pada waktu tertentu beberapa kali mengalami perubahan warna. keunikan ini menjadi daya tarik dan keindahan sendiri untuk berkunjung ke danau ini. adapun nama ketiga danaunya :   1. Danau Tiwu Nua Muri Koo Fai (Danau Pemuda dan Gadis) kedalaman danau ini sekitar 127 meter dengan luas 5,5 hektar.   2. Danau     Tiwu Ata Polo dengan sedalam 64 meter seluas 4 hektar. 3. danau Tiwu Ata Mbupu (Danau Orang Tua) Luasnya 4,5 hektare dengan kedalaman 67 meter.

Rute untuk menuju danau Kelimutu dapat ditempuh: 
Via Ende 
Jika teman teman berasal dari luar Flores rute menuju ke danau Kelimutu adalah via pesawat terbang dari Kota Kupang ke Kota Ende, Tiba di Bandara Bandara Hasan Aroeboesman, dilanjutkan Naik  mobil Travel langsung ke danau kelimutu, atau dengan rute  dari bandara kota Ende lanjut ke terminal bus Ende dengan menggunakan angkutan, gunakan travel atau bus jurusan Ende – Maumere / Wolowaru, selanjutnya turun di Desa Moni dari desa moni dengan menggunakan ojek ke danau Kelimutu. 

Via Maumere: 
Rute dari bandara Fran Seda kota Maumere lanjut ke terminal bus dengan menggunakan ojek atau travel selanjutnya dengan  bus jurusan   Maumere / Wolowaru -Ende, selanjutnya turun di Desa Moni dari desa Moni dengan menggunakan ojek ke danau Kelimutu. 

Matahari terus menaik, kamipun beranjak turun dari puncak Kelimutu, kembali ke parkiran menuju ke trip Kota Ende dengan tajuk : Kota Ende : Maboknya Petualang, Sedapnya Sambal Dabu Dan Tragedi Tas Biru Zaqi
 
Danau Kelimutu dari sisi awal masuk terdekatan dari parkiran
Sumber Foto : Rasuane Noor

Berikut ini video saya saat di danau kelimutu setelah melewati drama Bau Itu, Sedih Itu, dan Bahagia Kita. Selamat menyaksikan semoga berkenan: 

Kota Ende : Maboknya Petualang, Sedapnya Sambal Dabu dan Tragedi Tas Biru Zaqi

11:05 PM 0
Masih Trip di hari ke 4. Setelah dari danau 3 warna Kelimutu, kami melanjutkan perjalanan menuju kota Ende. Cerita perjalanan hari ini tentang kunjungan kita ke Kota Ende yang membawa kesan perjalanan adanya drama Maboknya Petualang, Sedapnya Sambal Dabu dan Tragedi Tas Biru Zaqi. Bagaimana kejadian tersebut yuk kita lanjutkan simak. Sebelum kita nanjak ke puncak Kelimutu, sudah disampaikan oleh sopir dan ketua tim kita bang Noel "agar siang sebelum jam 10 kita sudah harus berada di tempat pengantrian jalan yang sedang diperbaiki" (saya lupa nama tempatnya). Rute untuk menuju Kota Ende,  sedang ada perbaikan jalan dan bukit yang sering longsor, sehingga sudah lama daerah ini dalam tahap perbaikan. Rute tersebut merupakan jalan satu satunya untuk menghubungkan Kelimutu ke Ende sehingga sistem jalannya buka tutup.  Setiap 2 jam sekali jalan itu dibuka. 2 jam lagi jalan diperbaiki. sehingga butuh lama dalam mengantri. Jika lebih cepat kita akan menghemat waktu.


Dalam perjalanan menuju Ende, diawali dengan drama Maboknya Petualang. Kami menikmati pemandangan yang indah disela sela aroma kotoran babi. Disisi itu ternyata Akbar, teman trip dari kota Makasar memperlihatkan wajah yang pucat dengan keringan dingin, sehingga tercetuslah ucapan dari Ririn (teman dari Jakarta) "akbar kamu mabok?" dia menjawab "kepalaku pusing" dia berusaha tetap memejamkan mata di kondisi duduk pinggir, hingga sayapun penyarankan kepada teman yang duduk dekat dia "dipijet pijet punggung dia" hingga muncul ide "posisi duduk dia diganti dengan mas Zaqi sehingga dia bisa rebahan di atas tas kita menumpuk". Sehingga dia bisa lebih relax,  Posisipun berganti. Dibalik maboknya teman kita yang satu satu masih mahasiswa tersebut, terucap buly-an dari kita "petualang bisa mabok mobil juga" candaan itupun tidak dia pedulikan, nampaknya dia konsentrasi bagaimana mengembalikan kondisi dia agar tetap kuat.

Sebelum jam 10 kami sudah berada di tempat perbaikan jalan tersebut, sudah 5 kendaraan mengatri di depan kami, motorpun sudah cukup banyak. Di depan memang sedang ada mesin eksavator dan sejenisnya sedang merontohkan bebantuan dan bekerja memperbaiki jalan tersebut. Saat itu Kamipun sepakat untuk mencari makan di sekitar tempat itu, waktu masih ada, perut  sudah merontah karena kita sejak dari puncak Kelimutu perut belum berisi. Setelah makan Saya kembali ke mobil, saya masih melihat si Akbar masih tertidur ayam diatas tas-tas tersebut, saya kembali menawarkan dia agar makan, tapi dia menolak. Sang Petualang  masih terlena oleh 
maboknya. Saya pun memberi beberapa makanan nampaknya dia tidak tertarik, masih fokus dengan mabok perjalananya. Hingga akhirnya ada tawaran buah jeruk dari bu Siuli kepada dia, diapun mengkonsumsinya.  Disela-sela mabuknya, sang petualang (Akbar) bercerita kalau dia kurang istirahat sejak sampai di Maumere, ini adalah hari 4 trip kita, dia juga sudah terlalu banyak mengkonsumsi moke (minumal beralkohol asli Flores). Sehingga kondisinya jadi down. Sehingga Saya hanya bisa menyarankan agar dia beristirahat saja.

Setelah sekitar kurang 1 jam kami menunggu, jalanpun sudah dibuka, motor terlebih dulu melewati jalan tersebut. Selanjutnya perjalanan yang indah menuju Kota Ende dengan pemandangan bukit yang curam dengan jurang yang asri menjadi menyejuk mata. Apalagi dalam kondisi duduk di mobil pickup yang berhimpit dan aroma tidak sedap tersebut menambah jumlah maboknya para Petualang.  Saya berusaha untuk tak menghiraukan kondisi penyebab Maboknya Petualang. saya terus menikmati dan melihat bukit-bukit indah sepanjang jalan itu. Terdapat bekas memutih di dinding-dindingnya, cukup tinggi yang ternyata sisa aliran air terjun pada saat musim hujan. Sempat saya berpikir, jika musim hujan akan indah sekali bukit itu dengan banyak air yang jatuh di dinding bukit itu. Kapan bisa datang kembali?

Kurang lebih perjalanan 2 jam, kami sampai di kota Ende, kami tiba di rumah Saudaranya bang Nuel, kami turun dan menurunkan barang masing masing, hingga mobil pickup pun berlalu balik selesai menghantarkan kita. Saya berduduk santai teras rumah tempat kami singgah tersebut. Sedangkan teman yang lain mandi dan beres-beres.  Berbeda dengan mas zaqi, dia sibuk membongkar semua isi tas dan mencuci tasnya karena sumber bau di mobil pick up adalah kotoran babi, yang paling banyak mengenai bagian tas dia. Akibat itu tasnya bau super serta kekesalannya meradang. Walau saat itu tas punya mas Ibnu terkena juga tetapi tidak separah punya mas Zaqi. ini adalah tragedi tas Biru mas Zaqi yang membuat dia tambah pusing melebihi Maboknya Petualang. Dia sembari mencuci tas biru tersebut dengan hawa emosi dan bergumam; "ini kan babi haram, barang-barang saya, pakaian saya gimana ini?" saya mau sholat gimana?. saya tidak bisa berkata-kata lagi, hanya mendengarkan ocehan demi ocehan dia tersebut. sayapun izin untuk meninggalkan dia yang sedang sibuk membersihkan pakaian dia. saya bergabung dengan teman teman yang ada dalam rumah. 

Saat itu kami habiskan mengobrol asik dengan pihak rumah, hingga datang minibus elf, dan mobil tersebut yang akan menghantarkan kita untuk trip selanjut dari Kota Ende ke Riung, Waerebo, Cancar, dan Labuhan Bajo. Sambil menikmati teh anget dari pihak rumah saya lihat mas Zagi masih sibuk dengan tas yang dia cuci dan jemur, pakaian isi tas terhambur di atas plastik karpet, wajahnya sangat serius sekali, beberapa kali tawaran teman untuk menikmati teh anget tanpa dia perdulikan. Dia masih terbawa oleh Tragedi Tas Biru Zaqi yang  melebihi maboknya petualang.

Selang beberapa saat, hidangan makan siang sudah disiapkan. Kamipun menikmati makan siang dengan sajian khas dari keluarga bang Nuel di kota Ende ini, dengan makan khas ikan bakar dan sambal dabu dabu, wah nikmat sekali, kamipun dengan lahap dan semangat makan hingga perutpun full. Terima kasih sekali kepada bang Emanuel dan keluarga yang telah menyajikan makanan gratis kepada kami. Disini saya juga mengenal kuliner makanan khas Sedapnya Sambal Dabu asli Kota Ende. 

Selang beberapa menit ke jam. Kamipun sudah selesai makan. Mas Zaqi Baru kelar membersihkan tas birunya. Makan dia tertunda karena kesibukannya dengan tas terkena kotoran babi. Sambil makan diwajahnya masih tersimpan kekesalan atas kejadian dengan tas birunya. Beberapa ucapan muncul "jijik najis  gw mah, itu kotoran babi, najis tralala'". inilah cerita pahit manis kita saat di Kota Ende : Maboknya Petualang, Sedapnya Sambal Dabu dan Tragedi Tas Biru Zaqi. 

Ya itulah pengalaman trip yang untuk kita kenang.. Selanjutnya setelah foto bersama dan pamit kepada Kakak dan keluarga Bang Niel di Kota Ende, kita akan melanjutkan trip menggunakan minibus elf menuju Riung 17 Pulau, akan tetapi kita memampir di situs sejarah, Rumah pengasingan soekarno presiden RI pertama di kota Ende.
Rumah pengasingan bung karno di kota Ende, Flores Nusa Tenggara Timur
Berikut ini video keseruan kami saat berkunjung ke Flores - komodo dalam balutan frame: Jejak Kami di flores Labuhan Bajo Komodo Nusa Tenggara Timur

Pengalaman Disesatkan di Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali

11:05 PM 0
Perjalanan jauh dari Lampung, ujung Timur Pulau Sumatera dengan tujuan ke Flores, Nusa Tenggara Timur. Dengan menumpak pesawat dari bandara Radin Intan II Lampung menuju bandara Soekarno Hatta, Tanggerang Banten atau Jakarta, berlanjut bandara Ngurah Rai Denpasar Bali. Karena keberangkatan ke Flores siang harinya, jadi transit 12 Jam di Bali. Tepat pukul 01,00 WITA dini hari waktu setempat, saya berusaha menghubungi teman teman yang sudah terlebih dahulu tiba di Bali. Beberapa saat, sudah dibalas, ternyata teman beristirahat di hotel yang terletak dekat bandara.

"Pokoknya mas jalan aja dari bandara menuju pintu keluar terus ke hotel Haris, letak penginapan kita dekat Hotel tersebut, tepatnya depan minimarket" itu salah satu isi sms bang Zaqi (salah satu teman trip yang sudah aku kenal). 

Saat keluar bandara, saya sudah ditawari oleh para sopir taksi dan ojek. Saya menjawab "'saya jalan kaki saja karena dekat di dekat hotel Haris" salah satu bang ojek terus membuntuti sambil bertanya "hotel Harisnya dimana? Banyak loh hotel Haris" saya jawab "dekat bandara kok, ini teman sms cuma jalan kaki saja" bang ojek tersebut masih berusaha menawari "lumayan jauh mas, naik ojek saja cuma 20 ribu" saya berusaha tidak menerima dan semaksimal mungkin untuk menjawab dengan ramah walau dalam hati sudah mulai kesal dimana abang ojeknya selalu menawari seakan jaraknya jauh. Dengan berjalan terus akhirnya abang ojek tersebut membiarkan saya berlalu. 

Berselang perjalanan 5 menit, akhirnya saya sampai di pintu gerbang pintu masuk bandara, ternyata didekat pintu gerbang tersebut ada jalan pintas yang membuka sebagian pagar, disana sudah berdiri beberapa abang ojek, dalam hati "alamak ini pertanda tidak enak karena abang ojek pasti menawari lagi" kondisi dini hari itu ternyata benar apa yang ada dalam benakku. abang ojek menawari kembali "kemana bang, naik ojek saja" saya jawab mau ke Hotel Haris" kembali saya dengar lagi "Hotel Haris banyak bang, Hotel Haris yang mana? Di Nuban atau dimana?" Ujar bang ojek, saya jawab lagi Saya tidak tau di Nubang atau bukan tetapi yang paling dekat dengan Bandara", bang ojek kembali berujar " lumayan jauh bang, naik ojek saja. 15 ribu" saya menjawab " ndak mas, teman saya bilang cuma jalan kaki saja",  "ya lumayan jauh kok" pungkas bang ojek lagi, dia berusaha menawarkan ojek kembali, saya kembali dongkol, saya jawab seramah mungkin" saya jalan kaki saja"  abang ojek memberi tau, "jalan ke hotel Haris lurus terus bang, nanti ada belokan ambil belokan tersebut" saya ucapakan terima kasih dan berjalan menjauhi bang ojek, dalam ragu apa iya jalannya lurus terus, sedangkan Jps google map memberi tau bukan jalan lurus, tapi belok.

Akhirnya saya berusaha mengikuti petunjuk bang ojek untuk lurus. Alhasil hampir 20 menit saya berjalan lurus belum juga menemukan petanda Hotel Haris, lebih naas lagi tiba tiba hujan turun, dan saya agak kesulitan tuk mencari tempat berteduh karena, di sepanjang jalan pohon pohon dan rumah rumah berpagar, saya pun berusaha berteduh bawah pohon, lumayan kondisi membuat cukup basah, beberapa menit berlalu hujanpun reda, dalam kondisi agar gerimis saya kembali berjalan, saya lihat tulisan besar golden hilton hotel, saya memberanikan diri masuk dan bertanya kepada sekuriti hotel tersebut, dan ternyata saya salah jalur, atau salah ambil jalan. Benar apa yang diberitahu google map, seharus saya langsung belok kiri, malah mengikuti apa yang diberitau abang ojek. Dalam hati sambil mendongkol sendiri, "saya disasarkan oleh abang ojek tadi" saya kembali balik arah. Namun dalam perjalanan balik ada tambah naas lagi ketika melewati rumah salah satu rumah di jalan, ada anjing yang menyalak, "huh kok ada anjing lagi, bukannya tadi tidak ada" saya perna trauma dari kecil terhadap anjing, saya tidak suka sekali dengan anjing.  saya berusaha tenang dan berlalu dari suara anjing tersebut, kembali mendekati pintu gerbang bandara Ngurah rai kembali. 

Di dalam perjalanan ternyata ada ojek menyamperi, ehh brengseknya lagi, ternyata itu abang ojek yang tadi memberi tau jalan arah lurus, ujar dia "lah bang belum ketemu, salah jalur, bukan ke arah ini, ayo saya antar saja, gratis" dalam kesal dan menahan emosi, saya jawab "terima kasih mas, saya bisa jalan sendiri" abang ojeknya tidak mau berlama lanjut berlalu. Akhirnya sayapun sampai juga ke tempat tujuan. Di depan hotel, bang Zaqi dan Bang Nuel, sudah menunggu. "Lama sekali jalannya" dekat aja" ujar bang Zaqi, dan sambil masuk kamar hotel, saya cerita kejadiannya yang baru saja menimpa saya. 

Mungkin bukan saya saja yang perna merasakan ini, mungkin banyak para traveller atau backpacker lain. Semoga kita bisa menjadi lebih baik.

Hikma yang dapat diambil. 
  • Mengais rezeki tidak harus berbohong dan memberi jalan yang salah, jikapun dapat itu adalah rezeki yang haram, tidak berkah.
  • Hati hati para traveller dan backpacker carilah informasi yang benar-benar dipercaya sebelum kita tersesat.
  • Teknologi sangat membantu di kala sulit. 
  • Para ojek dan sopir dan masyarakat di tempat wisata, alangkah baiknya sadar wisata untuk kenyamanan para wisatawan. Ada istilah sapta pesona. Yukk pahami.

Desa Jopu, Wolowaru, Ende, Pulau Flores: Khasana Budaya, Mandi Air Panas dan Makan Sirih

11:02 PM 0
Hari ketiga malam ke 4 dalam trip ekplore Flores bersama Jala Mana Nusantara, kita tiba di desa Jopu, kecamatan Wolowaru, kabupaten Ende. Desa Jopu yang merupakan desa tercinta sang team leader trip kita yaitu bang Emanuel. Seetelah kita puas emikmati Indahnya pantai Koka di Sikka. perjalanan kita lanjutkan hingga sampai di Desa Jopu ini. Kali ini kita rangkai cerita perjalanan ini dengan judul: Desa Jopu Flores: Khasana Budaya, Mandi Air Panas dan Makan Sirih. Nah mengapa judulnya demikian simak detail isi artikelnya ya. yuk cawww... 

Menjelang sore kita sudah berada di desa Jopu ini, saat masuk kawasan desa, saya sangat merasakan Desa Jopu Flores: khasana budaya yang begitu kental.  Kita sudah disambut dengan keramahan penduduk dengan khas budaya nusantara. Senyum ramah dan keakraban selalu terpancar di wajah wajah warga desa Jopu. Selanjutnya kami menurunkan barang masing-masing dari mobil pick up dan menuju ke rumah orang tua bang Noel (sapaan akrab bang Emanuel). kamipun langsung disambut dan berkenalan dengan orang tua serta keluarga besar bang Noel. Kami beristirahat di rumah dan sebagian ada yang langsung bercengkrama dengan warga tetangga bang Noel. Dari sana melihat warga yang sedang asik makan sirih dan juga ajakan untuk menikmati mandi air panas melepas kelelah karena perjalanan. 


Kopi dan teh hangat menyambut kedatangan kita, budaya yang sangat ramah dan kental budaya Nusantara dari keluarga bang Noel membuat kami diterima bak kalangan pejabat. Benar-benar khasanah budaya kita negeri timur yang kaya kerifan lokal. Pada asik ngobrol dengan teman-teman dan tetangga bang Noel di desa Jopu ini. Panggilan suara keras bang Erwin, "Raswan, raswan dimana kau" lalu datanglah bersama bang Noel membawa ayam jago dan sebilah pisau, "nah ini lu bisa motong ayam, ayo potong ayamnya, karena di Islam ayam harus dipotong  cara islam" sayapun tanpa ragu-ragu memotong ayam tersebut. Luar Biasa kedatangan kita ke desa Jopu disambut dengan memotong ayam jago. Ayam pun dimasak gulai dan menjadi santapan kita di Sore itu. Terima kasih tak terhingga buat bang Noel dan keluarga serta warga Desa Jopu Flores. Atas sambutan dan pelayanannya serta permohonan maaf kami karena mungkin kedatangan kami membuat keramaian dan hiruk pikuk yang sangat gaduh di desa bang Noel. 

Setelah menikmati makan sore, kami sudah direncanakan oleh bang Noel untuk berkunjung ke rumah adat yang ada di desa Jopu ini,  yang disebut Sa'o ria Tenda Bewa (Rumah besar).  Setelah banyak bertanya dengan saudaranya bang Noel, ternyata di desa Jopu ini merupakan sebagian besar suku Leo Selatan dengan memiliki rumah besar sebagai rumah adat, rumah adat ini digunakan untuk acara-acara adat misalnya ada warga yang meninggal.  Di rumah adat ini tinggal tetua adat atau kepala suku (musalaki) yang merupakan seorang anak laki anak pertama dari keturunan suku ini. 

Selanjutnya kami di rumah adat ini menyempatkan masuk ke dalam Sa'o ria Tenda Bewa (Rumah besar) desa Jopu, sebelum masuk ke rumah adat ini, kami diberitau tata cara atau tata adat untuk masuk ke rumah. Pertama kita tidak diperbolehkan menyentuh batu yang berdiri di depan rumah. Batu ini adalah makam dari sesepuh adat sebelumnya. Selanjutnya saat masuk harus hati-hati jangan sampai kepala menyentuh dinding bagian atas karena pintunya yang ukurannya tidak begitu tinggi sehingga harus sangat hati-hati. Setelah di dalam rumah, kita dilarang untuk melihat ke atas, karena ini adalah pantangan tersendiri dari peraturan adat disini. Selanjutnya dari pengamatan saya di dalam rumah ini terdapat dapur dengan perlengkapan masaknya. Selanjutnya ada tempat tidur, ada gong yang digunakan untuk panggilan dalam rehab rumah, dan terdapat tempat tersendiri yang terdapat bakul-bakul tempat makan dll. Masih di dalam Sa'o ria Tenda Bewa (Rumah besar) terdapat pintu utama dan Pintu samping. Setelah cukup lama di dalam rumah dan bertanya-tanya kami lanjutkan keliling desa Jopu. 

Setelah berkeliling di desa Jopu, ada beberapa point yang membuat saya mendapatkan hal yang baru, yang meliputi dari pengamatan saya sudah banyak bangunan modern, dengan kata lain rumah-rumah yang terbuat dari bata beton, hanya beberapa rumah saja yang masih asli dengan atap dan bentuk khas  adat Jupo. Semoga  tidak terkikis oleh perubahan jaman. Selanjutnya secara pribadi saya baru kali ini dan baru tau juga ternyata di depan rumah rumah warga terdapat bangunan yang saya lihat seperti  teras yang khas diberi keramik, ternyata itu adalah kuburan keluarga rumah setempat yang ada di depan rumah masing -masing, walaupun ada beberapa rumah, yang kuburannya nampak jelas seperti nisa umumnya di Indonesia. 

Setelah berkeliling desa Jopu kami lanjutkan mandi dengan berendam air panas yang ternyata terletak di belakang desa ini. Suasana kelelahan dan cape petualangan 3 hari ini seakan tersegarkan dengan adanya sumber mata air panas. Hampir sejam lebih kami menghabiskan waktu sore itu di sumber air panas tersebut. Uniknya sumber air ini terdapat 1 cekungan besar sehingga dapat menampung 3 orang dan terdapat 1 cekungan kecil untuk 1 orang, selanjutnya ada 2 sumber mata air panas yang  keluar  batu batuan dalam tanah itu. Tapi keadaan sumber mata ini belum terkelola karena air bagian bawah bercampur langsung dengan air sisa selokan desa, seemoga kedepannya menjadi lebih terkelola dan dapat menjadi magnet wisata ke desa Jopu ini.

Selesai mandi air panas di sumber mata air hangat tersebut kami kembali ke rumah bang Noel, saya senaja terlebih dahulu pulang dengan harapan ingin membilas tubuh setelah berendam di air hangat tersebut. Di dalam kamar mandi terdengar teriakan dan gelak tawa dari teman-teman trip dan warga, setelah saya selesai mandi ternyata pesta gelak tawa tersebut sudah selesai. Dari rekaman video dan cerita teman-teman, ternyata ada adegan histeris sendiri saat teman-teman selesai berendam dari sumber air panas tadi. Ceritanya tentang makan sirih.

ini cerita tentang sirih tersebut : Saat selesai mandi di sumber air panas, teman teman pada antri untuk ke kamar mandi, Bang Erwin, personil kita yang memiliki wajah ganteng putih, kecil pendek dan rambut gondrong (note : dibalik), ternyata sambil menunggu antri, ikut emak-emak yang sedang asik makan sirih di depan rumah. Saat itu dia mungkin karena merasakan ada yang beda dengan rasa sirih tersebut. Dia berprilaku bak kesurupan, sepontan juga, nenek-nenek yang umurnya sudah hampir 100 tahun. Kaget dan melompat melihat tingkah bang Erwin tersebut, kondisi tersebut menjadi keseruan dan kelucuan tersendiri di desa tersebut. Baik bagi warga sekitar, anak- anak dan teman teman trip. Tapi sayang saya tidak menyaksikan langsung. Hiks menikmati cerita dan videonya saja. 

Selanjutnya malam pun menjelang kami sibuk dengan obrolan dan cekrama malam itu. Setelah makan malam keseruan ditambah lagi, dari bahasan tentang senam terlebih dahulu sebelum trip,  secara spontan mb Sri dan Bang Erwin goyang salsa bak pasangan serasi sehingga menjadi tontongan malam itu di ruang tengah rumah bang Noel, kondisi tersebut, dinikmati oleh kami dan  sekalian ibu-ibu tetangga bang Noel, melihat kondisi tersebut bang Erwin mengajak ibu-ibu tersebut untuk goyang dengannya, lantas ternyata ibu ibu tersebut berlarian ketakutan, mungkin karena melihat gantengnya bang erwin.. Hehehe

Saat sampai di desa Jopu ini, kepalaku terasa pusing dan perut agak mual. tapi say coba abaikan dan tetap menikmati Desa Jopu Flores: Khasana Budaya, Mandi Air Panas dan Makan Sirih. Saya pikir ini karena efek kecapean setelah trip 3 hari dan bawaan sakit sakit perut awal trip. Memang sejak hari pertama atau sampai di Maumere malam harinya saya mengalami agak diare. Tapi saya coba untuk banyak minum air putih sehingga pada esok hari keadaan sudah membaik.  Akan tetapi rasa mual dan pusingku sampai terbawa di malam saat kumpul di rumah bang Noel. Akhirnya mas Zaqi menawarkan diri untuk mengrokin saya, serta Bunda Siuli memberi saya obat sakit perut. Alhamdulillah sakitku sembuh. Pagi-pagi jam 3 sayapun sudah sehat bugar siap untuk trip selanjutnya. Terima kasih semua.. I love you..

Oleh sebab habis dikerokin dan minum obat. Malam itu saya tidur lebih awal di rumah samping yang sudah disiapkan oleh keluarga bang Noel. Saya juga tidaj tau mereka tidur sampai berapa akan tetapi jam 3 pagi kita sudah bangun dan  berangkat menuju ke Gunung Kelimutu untuk mengejar sunrise di Kelimutu. Simak artikel tentang Trip Danau Kelimutu: Bau Itu, Sedih Itu, dan Bahagia Kita

Simak perjalanan kami selama di flores di  dalam video singkat ini berikut ini:

Pulau Kelor : Jomblo dan Galau Terlupakan

11:00 PM 0
Pulau Kelor, Pulau yang terletak di kawasan Taman Nasional Komodo memiliki keindahan dan pemandangan yang menakjubkan. Di Pulau Kelor  memliki rumput savana, pasir putih merona, bawah laut yang mempesona dan pemandangan bukit bukit yang memanjahkan. Di Pulau Kelor ini, bagi seorang traveler atau hoby berpetualang belum lengkap perjalanan anda jika belum berkunjung ke pulau ini. jadi di Pulau Kelor : Jomblo dan Galau Terlupakan, benar ngga ya? 
Agar lebih drama jadi memeang ketika di Pulau Kelor : Jomblo dan Galau Terlupakan. Dengan pemandangan yang cantik ini kita diberikan penyegaran yang besar, karena dari bermain di pasir putih. Bermandi manja di pantai yang airnya jernih, serta pemandangan terumbu karang yang super indah serta pemandangan savana yang anggun, otomatis dengan sepenuhnya menikmati keagungan ciptaan Allah ini, kita akan terlupakan kalau kita perna sakit hati, perna galau ataupun lagi gundah gulana karena belum dapatkan seorang kekasih alias jomblo. jadi benar kan jika ke Pulau Kelor : Jomblo dan Galau Terlupakan. 

Jangan khawatir dengan trip ke pulau Kelor ini semuanya blas jadi segar dan melupakan galau ataupun jomblo.

Saya pribadi memberi sanjungan pada pulau Kelor ini adalah pulau anti galau dan tidak perna merasa jomblo, tidak percaya silahkan buktikan sendiri. Ingat dunia tak sesempit daun kelor. Di Pulau Kelor : Jomblo dan Galau Terlupakan.

untuk melihat video keindahan dan ke eksotikan pulau kelor silahkan tonton dibawah ini, dijamin anti galau. 

6/18/23

Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere

10:27 PM 0
Masih trip di hari ke dua, setelah pagi hingga siang kita berkunjung ke pulau Kojadoi dan pulau Pangabatang, kita kembali ke pelabuhan Nanghale, selepas siang kita berangkat menuju bagian barat kota Maumere, yaitu objek wisata Tanjung Kajowulu. Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere

Setelah melewati kota yang terkenal dengan goyang gemu famere, kami melewati pemukiman dan lahan-lahan hingga sampai di daerah tepi laut, dana sepajang jalan pemandangan laut dan pantai yang sangat memanjakan mata, di atas mobil pickup bak terbuka kami menyaksikan keindahan alam Maumere.  Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere. Kondisi kontur yang khas dengan pantai dan bukit yang menguning karena serta beberapa bagian dari bukit-bulit menghitam karena abis terbakar. Kondisi terik menjelang sore itu, kami sangat tersanjung dengan indahnya alam. 

Dari cerita teman teman UNIPA yang bersama sama trip ini, menyatakan bahwa bukit bukit yang ditumbuhi rerumputan tersebut jika musim kemarau akan menguning dan terbakar.  Hal tersebut terkadang saking teriknya mentari dapat menyebabkan terbakar. Maka dari dari itu kami menyaksikan keadaan alam di sini menguning dan ada lah yang bekas terbakar.  Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere. Akan tetapi jika  hujan, bukit bukit tersebut akan nampak menghijau. 

Setelah perjalanan berkelok menanjak di area tersebut kami sampai di tempat yang sudah di buat khusus dengan adanya tangga, di atas puncak terlihat bangunan berbentuk akan plus /salip. Kami selanjutnya turun dari mobil dan meniti tangga naik ke atas. Diatas kami dapat menikmati indahnya pemandangan di Tanjung Kajowulu dengan bukit bukty, pulau dan laut yang eksotik. Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere Apalagi suasana sudah menjelang magrib, matahari mulai menyelinap diupuk barat. Ya suasana sunset di tanjung ini sangat indah. Bak kilauan cahaya kuning emas kemerahan memberikan kenikmati mata tersendiri di sore itu. 

Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere. Matahari menghilang di ufuk timur, kamipun bergegas turun ke jalan raya dan menuju kembali ke sekret MAPALA UNIPA di kota Maumere, sepanjang perjalanan pulang kami disajikan surga bintang, di langit kondisi cerah sehingga kami menikmati indahnya binta bintang yang berkelipan di langit, amat banyak moment tersebut sangat cocok sekali untuk hounting foto milky way tapi karena kondisi diatas mobil, tidak terlaksana keinginan tersebut. 

Simak keindahan lokasi wisata di sekitar Maumere berikut ini  diakhir video nampak Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere

Trip selanjutnya kita ke pantai Koka. Silahkan simak Pantai Koka di Sikka  Flores : Eksotiknya Tidak tergantikan 

Menikmati Sensasi Kopi Flores di Kampung Bena di Bejawa

1:50 PM 0
Sekitar pukul 7 malam kami tiba di kota Bajawa, kota kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tengarara Timur. Setelah perjalanan kurang lebih 5 jam dari Riung. Sensasi hawa sejuk kami rasakan di kota ini, menikmati sedapnya masakan khas asli Sumatera Barat menambah sensasi berbeda ketika di kota yang Terkenal dengan istilah "Piring Kedamaian" Masakan padang ternyata ada dimana-mana, yang khas lagi penjualnya ternyata asli orang Padang juga. waw mantap menikmati makanan khas Padang di Kota Piring Kedamaian, Bejawa.  Artikel cerita perjalanan di kota Bejawa kita akan menuju ke kampung adat yang terkenal di bawah kaki gunung Inerie sambil menikmati sensasi Kopi Flores di Kampung Bena. 
Kampung Bena di Bejawa yang berada di kaki gunung Inerie yang masih aktif 
Foto Kampung Bena tampak dari puncak paling atas di kampung Bena Bejawa 

Kami bermalam di penginapan yang sebelumnya sudah kami booking. Penginapan yang berada di jantung kota Bajawa ternyata penginapan tersebut masih tahap renovasi, sehingga kami dipindahkan oleh pihak penginapan ke homestay penginapan tidak jauh dari penginapan tersebut. Di penginapan kamipun melepas lelah dan mempersiapkan untuk trip ke kampung Bena esok harinya. Kami ingin menikmati sensasi kopi Flores di Kampung Bena di Bejawa. Walau Sempat di Penginapan ini ada catatan serunya. Kami tidur bertiga yang seharusnya diisi oleh 2 orang, alhasil kaki serasa menggantung karena ukuran tempat tidurnya yang tidak pas, tapi alhamdulillah bisa nyenyak juga. 

Pagi-pagi saya sudah terbangun terlebih dahulu, sayapun sudah mempersiapkan diri untuk berpetualang hari itu untuk menikmati sensasi kopi Flores di Kampung Bena di Bejawa ini. Teman-teman lain yang belum bangun saya bangunkan. Menjelang jam 7 kamipun sarapan bersama dan sudah siap untuk menjelajah kampung Bena. 

Perjalanan kami dari Bajawa ke kampung Bena tidaklah begitu jauh, sekitar setengah jam kami sudah sampai di parkiran yang khusus di kampung tersebut. Sepanjang perjalanan menuju desa Bena, kami disajikan dengan pemandangan gunung Inerie yang tampak tinggi menjulang di sisi jalan. 

Tiba di kampung Bena, kami berjalan sekitar 50 meter menuju ke rumah penerima tamu, kami melakukan regestrasi dan mengisi buku tamu, seingat saya 1 orang pengunjung dikenakan biaya Rp.15.000 rupiah, disana juga kami harus mengenakan kain tenun yg kecil sebagai tanda tamu yang masuk ke kampung ini. kain tenunnya sangat cantik dan indah, sehingga kamipun berebut ingin mendapatkan yang paling bagus, padahal semua bagus, sesuai selera masing-masing. 
situs megalitikum di kampung bena Bejawa
Kampung Bena merupakan desa wisata sekaligus situs megalitikum peninggalan mas zaman batu hingga eksis sampai sekarang, disini banyak terdapat susunan batu yang dibentuk dengan khas, selanjutnya di kelilingi rumah rumah warga yang bentuknya khas bena. yang lebih luar biasa sekali, perkampungan ini teretak di kaki gunung masih aktif yaitu gunung Ineire. 

Ibu sedang menenun di depan rumah Kampung Bena
Selama di kampung kami langsung bernarsis dan foto-foto ria, bercengkrama dengan ibu-ibu yang sedang menenun di depan rumah masing-masing, sayapun saat itupun langsung keliling kampung hingga ke ujung, di ujung kami kembali berfoto foto lagi. Saking asiknya foto foto, sayapun tertinggal rombongan. Ternyata rombongan sudah singgah di rumah yang paling ujung yang menghadap utara. Sayapun segera menyusul mereka, ternyata sedang asik menikmati kopi, sayapun segera melepas sepatu dan duduk dekat dengan Ibu pemilik rumah dan langsung ditawari minum kopi atau teh. Saya langsung menjawab ingin kopi saja. saya ingin menikmati sensasi kopi Flores di Kampung Bena di Bejawa.

Tidak lama dalam keasikan obrolan kami, kopipun sudah tersaji, saya langsung mengambil jatah. slurup kopi hangat saya minum, terasa bercampur di lidah, waw rasanya nikmati dan sensasi baru, saya yang nota bene bukan pecandu kopi tapi merasakan nikmatnya kopi Bejawa. memang saya keterunan keluarga petani kopi, dan setidaknya sering mengkonsumsi kopi, rasa kopi yang ada di Kampungku Way Tenong Lampung Barat, ada unsur berbeda rasa kopi Lampung dan kopi Bajawa. namun rasanya mantap. Bagi pecinta kopi harus menikmati sensasi kopi Flores di Kampung Bena di Bejawa.

Setelah cukup lama di rumah warga Kampung Bena, kamipun berpamitan untuk melanjutkan trip. inilah pengalaman kami dalam menikmati sensasi kopi Flores serta adat budaya di Kampung Bena di Bejawa.

Rute untuk mencapai Kampung / Desa Bena Bejawa adalah : Dengan menggunakan via pesawat terbang dari kota kupang ke kota bejawa di Bandara Soa, selanjutnya dari bandara ke kota Bajawa menggunakan travel  dengan harga kurang lebih 50 ribu. dari kota Bejawa bisa mencari penginapan disini atau melanjutkan ke desa Bena dengan menggunakan jasa ojek dengan waktu sekitar 30 menit.

Jika dari kota Ende, menggunakan travel atau bis jurusan Ende-Bajawa kemudian turun di Mataloko. Selanjutnya dengan jasa ojek untuk ke  kampung Bena.

Video selama di Kampung Bena simak dibawah ini : Kampung Adat Bena dan sawah Jaring Laba laba Cancar di Flores

6/16/23

Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores

12:53 AM 2
Trip kita di hari ke 7 dan 8 di Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. ini masih bagian dari Ekplore Flores - komodo bersama tim Jala Man Nusantara. Kampung adat Wae Rebo, awal pertama saya mendengar dan melihat tentang kampung ini melalui foto yang dibagikan di jejaring sosial, rasa kagum dan penasaran bagaimana keadaan kampung tersebut menjadi penasaran tersendiri dibenakku. Akhirnya pada kesempatan ini rasa penasaran sayapun terjawab sudah, puji syukur selalu dipanjatkan atas rezeki yang dilimpahkan Allah SWT, sehingga saya dapat menginjakan kaki ke tanah kampung Wae Rebo ini. 

Setelah kita eksplore Bajawa di kampung Bena dan sawah jaring laba laba di cancar, Ruteng, Manggarai. Perjalanan kita lanjutkan menuju kampung Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. Dalam trip jelajah kampung Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. Kita cukup banyak mendapatkan PHP (pemberi Harapan Palsu), karena apa? Ya karena banyak sekali sebab pertama ternyata semua penghuni mobil elf yang kami sewa, belum ada yang perna ke desa Wae rebo, Baik itu sopir maupun kernet, apalagi kita peserta trip yang baru kali ini menginjakan kaki di Flores. 

Selanjutnya dari rencana awal, tidak sesuai perhitungan dari tim leader kita, bahwa kita sampai di Denge (kampung terdekat dengan Wae rebo) sekitar sore atau menjelang malam, tetapi ternyata kita tiba malam sudah larut lewat jam 10 malam, cukup lelah. Ternyata kampung  Adat Wae Rebo memang berada Di Pedalaman Flores sehingga cukup jauh untuk dijangkau baik menggunakan mobil yang dilanjutkan tracking ke pedalaman hutannya. 

PHP selanjutnya rencana kita akan tracking ke desa Wae Rebo malam hari dan bermalam di desa itu, akhirnya tidak jadi karena sudah kemalaman tiba di Denge (kampung terdekat dengan Wae rebo). PHP Selanjutnya sepanjang jalan kita sering sekali bertanya kepada warga atau sopir yang sempat kita temui, yang pertanyaan selalu: ini benar jalur ke wae rebo /Denge?  dan berapa lama lagi kita ke Wae Rebo?  Dari berbagai jawaban selalu bervariasi, ada yang jawab ya, sekitar 1 jam, setengah jam, 20 menit, 45 menit, 2 jam bermacam-macam. Trus ada yang jawab 20 km, 10 kiloan lagi, ada yang jawab 30 km, 11 km, bervariasi juga, akhirnya kitapun selalu menjadi guyonan "aduh kita di PHP nih" akhirnya berbagai macam candapun sudah keluar dari mulut masing masing personil untuk menghilangkan kejenuhan di dalam mobil elf malam itu. Waerebo banyak PHP. Kondisi sudah malam, perut juga sudah kosong, cemilan sudah habis. Niat mencari warung makan, sepanjang jalan hingga sampai di Denge tidak menemukan warung makan, sudah pokoknya full PHP. sungguh penuh dengan drama PHP saat ekplore  Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. 

Rute Menuju Wae Rebo
Kampung Wae Rebo terletak di 1085 mdpl, berhawa sejuk dan dikeliling hutan serta perkebunan kopi. Wae Rebo merupakan Kampung Adat Di Pedalaman Flores. Perjalanan menuju kampung Waerebo cukup lama, kami yang sebelumnya dari Cancar sekitar jam 4an WITA ternyata tiba di Wae rebo hampir jam 10 WITA malam. Dilihat dari kondisi jalan memang jalan aspal namun ada yang berlobang dan ada yang halus, tetapi rata2 badan jalannya cukup kecil, hanya muat sekitar 1 mobil besar, beberapa kali bis kita harus berhenti dan mencari tempat yang pas, saat berpapasan dengan mobil lain. Jelajah Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores perlu adany pengorbanan dan persiapan jangan sampai korban PHP. Semua harus hati-hati banyak jalan berliku dan melewati jurang, serta pesisir laut, umumnya kendaraan dapat mencapai ke Kampung Denge (379 mdpl).  Terdapat 1 jembatan yang kondisinya rusak, dimana kita satu mobil harus turun untuk mengurangi beban mobil. Semoga segera diperbaiki sarana dan prasarananya. 

Selanjutnya kita tiba di Denge (Kampung Terakhir menuju Wae Rebo) langsung ke rumah pusat informasi wisatawan, yang ternyata disana juga sebagai penginapan/homestay. Letaknya Samping SD Denge. Malam itu kita langsung disambut oleh bapak Blasius Monta yang ternyata putra daerah desa Wae rebo yang kesehariannya adalah seorang guru SD. Sehingga eksplore kita kampung Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores dapat terfasilitasi. 

Untuk mencapai kampung Wae Rebo Setelah dari Denge, harus tracking jalan kaki selama 3-4 jam menanjak melalui hutan hingga tiba di desa tersebut. Ingat ya Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores, jadi jangan berekpektasi bisa sampai tanpa jalan kaki, butuh tracking. Tamu hanya diterima di Wae rebo hanya siang hari saja, namun jika kondisi mendesak atas izin Bapak Blasius, kemungkinan dapat dilakukan tracking malam. 

Tata Cara Memasuki kampung Wae Rebo
Berdasarkan info dari bapak Blasius, untuk mencapai kampung Wae rebo harus jalan kaki sepanjang 9 km dari Denge, kondisi rute 4 km jalan aspal dan 5 km jalan setapak menanjak. Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. Dalam menuju ke kampung Wae rebo harus didamping oleh porter ataupun sebagai pembawa tamu, porter akan disiapkan oleh Bapak Blasius. Porter tersebut akan memandu tamu hingga pulang kembali ke Denge /penginapan. Saat mendekati tiba di kampung Wae Rebo, akan tiba di rumah peristirahat sementara, disana porter akan membunyikan kentongan, bukti bahwa ada tamu akan datang ke kampung tersebut. Di rumah ini kampung Waerebo sudah terlihat.

Selanjutkan kita turun hingga ke pintu masuk kampung, peraturan disana, jika sampai di desa tersebut belum diizinkan untuk beraktivitas di kampung itu tetapi harUs diterima dulu di rumah besar / utama oleh ketua adat Wae rebo, kita memberikan mahar sesuai dengan peraturan Wae rebo. setelah penerimaan tersebut, semua tamu sudah berstatus penduduk Wae rebo, selanjutnya dari rumah besar lanjut ke rumah tamu untuk melakukan regestrasi penerima tamu/pembayaran. Setelah itu kitapun sudah bisa berfoto, berinteraksi dengan warga dan aktivitas lainnya. 

Biaya yang dikeluarkan Selama di Wae Rebo
Menurut kami biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke kampung ini tergolong mahal karena : 
1. Biaya masuk ke kampung Wae Rebo jika menginap semalam Rp. 325.000 per orang, jika hanya datang hari terus pulang /tektok Rp. 200.000 per orang 

2. Biaya porter  Rp.200.000 per porter per group. Pulang pergi.  

3. Biaya menginap di homestay:  Rp. 200.000 per orang, walaupun satu kamar diisi 2 orang. Termasuk 2 kali makan. 

4. Makan tambahan Rp.35.000 per orang  kopi/teh Rp.5000 per gelas 

5. Serah terima ke ketua adat : per group untuk 1-2 orang : Rp.20.000, 3-6 orang  : Rp. 50.000, 7 orang ke atas : Rp.100.000

Pada acara khusus acara adat harganya lebih mahal lagi acara penti :Rp. 450.000 per orang per malam Mbata : Rp.250.000 per pentas  acaranya biasanya dilaksanakan pada tanggal  setiap16 November. Mengapa mahal karena Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores.

Sejarah Wae Rebo  
Berdasrkan informasi yang saya peroleh dari Bapak Blasius Monta, Asal usul nenek moyang suku Wae rebo adalah dari Minangkabau, Sumatera Barat, dahulu nenek moyang tersebut berlayar hingga terdampar di Sekitaran Flores, kemudian dari pantai melihat ada kepulan asap dari laut tersebut hingga ke tempat asal kepulan asap tersebut yang sekarang kampung Todo. dahulu nenek moyang tersebut dua beradik, kakak akhirnya pindah ke Wae rebo. Hingga turun temurun sampai sekarang. sedangkan adik juga turun temurun di kampung Todo. Sekarang ini pemimpin adat  Wae rebo merupakan Generasi ke 18, tapi bahkan ada yang sudah generasi ke 20, sedangkan bapak  Blasius Monta adalah generasi ke 17. masih dari pernyataan bapak Blasius, semua keturunan Wae rebo memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin adat. tetapi dipilih oleh pemimpin sebelumnya, cara memilihnya, orang tua / pemimpin sebelumnya melihat dari talent anak mudanya calon pemimpin tersebut. Lama memimpin adat di Waerebo tidak ada batasan selama sang pemimpin mampu.  Untuk adat perkawinan di suku ini laki yang paling tua menikah dengan wanita dan tinggal disana.

Di Kampung Wae Rebo terdapat 8 rumah adat yang berbentuk krucut, dimana pada  rumah utama di huni 8 kepala keluarga sedangkan yang lain dihuni 6 kepala keluarga, jadi  total ekitar 200 orang warga yang ada di rumah adat di Wae Rebo.
Masyarakat Wae Rebo mayoritas penganut agama katolik dan berpendapatan sebagai petani kopi, kopi Wae Rebo termasuk kopi terbaik di Indonesia.

Demikianlah sekelumit pengalaman kami selama di Kampung Wae Rebo, Flores Nusa Tenggara Timur selanjutnya trip kita ke Labuhan bajo.