Ranukumbolo adalah Danau Suci Kaki Semeru, disini nikmatnya 2 malam ngecamp di tepi danau ini. berikut ini saya bercerita tentang keadaan kami bermalam di Danau Suci Kaki Semeru.
Perjalanan yang cukup melelahkan menjelajah Gunung Semeru lengkap dengan distinasi-distinasinya antara lain Danau Ranukumbolo. Perjalanan melelahkan namun semua terbayar dengan keindahan surga alam di kaki langit, bumi Mahameru. Kami bersepuluh jauh dari bumi ujung Nusa Andalas tepat dari sang bumi ruwai jurai Lampung, dengan semangat satu sama lain menjadi satu langkah bersama menuju dan berkeinginan mencapai puncak untuk menikmati keindahan alam Taman Nasional Bromo Tengger. Sepakat dan satu tujuan pergi untuk pulang ke tanah kelahiran The Treasure of The Sumatera kembali dengan sehat dan utuh.
Melanjutkan cerita sebelumnya perjalanan dari Lampung Hingga Malang, lanjut ke Ranupane. Dengan menumpak mobil jip yang telah dibooking oleh team leader kita, mas Nata Pangestu, Kita tempuh perjalanan menanjak, dengan pemandangan yang indah pegunungan dengan sebelah kiri kanan jurang. Banyak kebun sayuran di perjalanan menuju Ranupane, perjalanan dengan hujan kecil dan kabut pegunungan kami nikmati pada trip ini.
Setelah mencapai Ranupane sekitar jam 2an, kami berhenti di parkiran di Ranu Pane, di parkiran sudah beberapa mobil jip dan mobil truck parkir disini. selanjutnya kami turun mobil lalu menuju ke areal shalter post penjaga pintu masuk pendakian Semeru, lanjut kami menuju ruang briefing kemudian di briefing oleh volunter Taman Nasional Bromo Tengger, dalam briefing tersebut dijelaskan bagaimana kondisi Taman Nasional Bromo Tengger, persyaratan pendaki, serta peraturan peraturan yang lain yang harus ditaati oleh para pendaki.
Point penting yang saya tangkap dalam briefing tersebut adalah setiap tim atau regu pendahi harus solid dan saling jaga satu sama lain, tidak setujui mendaki sendiri atau memisahkan diri dari groupnya, selainnya tiap masing-masing pendaki harus membawa sleeping bag dan surat keterangan sehat dari dokter, Surat izin SIMAKSI harus sudah ada, yang saat itu kita mengurus via online, selanjutnya di kawasan pendakian hanya boleh meninggalkan jajak kaki tidak boleh meninggalkan apapun apalagi sampah, sampah harus dibawa turun kembali, untuk asuransi pendakian hanya sampai ke Kalimati, selanjutnya untuk ke puncak diluar tanggung jawab pihak taman nasional Bromo Tengger. Sehingga untuk summit atau muncak ke Mahameru sudah tanggung jawab masing-masing pendaki, untuk pendaki yang summit diharapkan setelah jam 8 pagi di puncak harus sudah turun karena bahaya dari asap beracun dan semburan lahar Mahameru, saat mendaki puncak para pendaki harus terus saling solidaritas dan jaga, jangan mengikuti di luar jalur pendakian karena banyak para pendaki yang hilang di jalur ini. Banyak disampaikan oleh volunteer saat itu kurang lebih selama 1 jam.
Setelah briefing kamipun keluar ruangan lalu siap-siap dan melengkapi berkas di pintu masuk, setelah semua siap, setelah sholat ashar kami tancap menuju Ranukumbolo. Kondisi dengan setengah mendung kami pacu hingga di post 1, di post ini kami istirahat sambil membeli semangka dan gorengan, setelah itu kami lanjutkan ke post 2, setelah melewati post 2 kondisi kabut makin pekat dan jarak pandangpun makin dekat, dengan kondisi gerimis kamis terus hingga tiba di post 3, di post ini saya melihat jam sekitar pukul 5an tetapi sudah gelap sekali dan hujan semakin deras, kami masing-masing memakai jas hujan, kondisi di post 3 cukup ramai para pendaki yang akan naik ataupun turun kumpul jadi satu di post ini.
Pada kondisi gelap dan hujan saya sempat kesulitan mengenali teman-teman team pendakiku, setelah memakai jas hujan dan perlengkapan diri sudah save dari basah, saling memanggil nama, akhirnya kami satu kembali. Setelah dinilai cukup istirhat dan teman-teman sudah siap, kami lanjutlan perjalanan menuju Ranukubolo. Pada post 3 ini dilanjutkan dengan tanjakan agak curum dan licin, saat itu sayapun heran ada group pendaki yang lain dengan perlengkapan seadanya tampak begitu semangat mendaki, kobdisi tanpa alas kaki dan membawa tas, dengan jas hujan plastik serta membawa kantong plastik asoy, dia dan teamnya beberapa jatih dan terpeleset lalu bangun lagi, bahkan beberpa kali menyalip group kami. "Sayapun sempat berpikir kok mereka ini semangat sekali ya? Tapi tidak dilengkapi peralatan mendaki yang maksimal. Kondisi hujan makin deras, malam makin mendekat, beberapa kali saya kehilangan Amel (anggota team paling cantik) yang ada di depanku hilang karena geraknya yang agak cepat, beberapa kali saya memanggil dia agak jalannya tidak terlalu mengebut karena teman pas dibelakangku Abas (tidak begitu awas dalam kondisi gelap) beberapa kali dia terpeleset bahkan dia terbentur kepalanya pada kayu yang ada disepanjang jalur pendakian tersebut. Namun rasa dongkol dan sabar benar diuji, beberapa kali saya sampaikan ke Amel untuk lebih pelan tapi dia malah menjawab "kak kalau pelan saya cepat cape" akhirnya sayapun meminta agus untuk menemani Amel yang jalannya makin cepat, agar tidak sendiri. Sedangkan anggota tim yang lain berada di belakangku, leader selalu berada di paling belakang. Kondisi sore itu dalam keadaan gelap cukup banyak para group pendaki yang lain sehingga koordinasi satu group sering salah orang, tapi Kami lanjut pendakian hingga post 4, post 4 ini kami lewati.
Setelah post 4 kondisi turunan membuat beberapa kali diantara kami terpeleset dan tersandung kaki karena akar, batu atau lobang karena kondisi gelap dan licin. Pada sepanjang post 4 hingga tempat kemah area datang sudah terlihat lampung gemerlip dari tenda tenda para pendaki yang lain. Dengan berjalan terus serta iring iringan dengan team yang lain kondisi dingin dan kabut serta badah basah keringat kami sampai juga di bibir danau suci di kaki Semeru. Sekitar jam 7 malam kami sampai di danau Ranukumbolo.
Atas pengalaman sang leader kami mendirikan tenda di area perkemahan yang bukan di dekat tanjakan cinta. Kami mendirikan di wilayah camp 1 pada area ke arah pulang. Kami mendirikan tenda, dengan suhu yang sudah terasa menusuk tulang kami berbagi dengan ada sebagian memasak, dan sebagian berberes diri, sedangkan saya selanjutnya mandi, dengan mandi ala darat, yaitu mengambil air dari danau kemudian dibawa ke daerah jauh dari tepi, disana saya menyiram badan dengan air yang dingin bak air es, di danau Runokumbolo tidak diperbolehkan mandi langsung di danau, karena danau ini harus dijaga kebersihannnya karena air danau digunakan untuk minum, masak para pendaki, selain itu tentunya menjaga ekosistem dari danau itu sendiri. Setelah sambil menunggu masakan mateng kami isi dengan obrolan canda tawa ketika pengalaman perjalanan 4 jam mencapai Ranukumbolo. Setelah makanan mateng, kami makan selanjutnya istirahat tidur. Tidur terasa pulas sekali karena perjalanan dari lampung hingga Ranukumbolo sangat kurang tidur. Sebelum jam 4 pagi kami pun sudah bangun, setelah subuh, pagi itu saya habiskan untuk hounting foto milky way, atau memoto bintang-bintang yang begitu indah. Saat itu saya bersama Agus, yang pagi itu sudah bangun terlebih dahulu. Semakin berjalannya waktu di pagi itu, suasana menakjubkan dan keindahan alam Ranukumbolo mulai terlihat, rasa bangga dan syukur selalu terucap di pagi itu. Impian yang lama didambakan akhirnya tercapai.
Pagi itu kami habiskan untuk berfoto bersama, selfie hingga narsis kami lakoni, selanjutnya kami menyiapkan makan pagi, sarapan hingga mempersiapkan diri untuk perjalanan selanjutnya menuju ke Kalimati. Tendapun kami bongkar, dan kembali packing untuk perjalanan sekanjutnya. Perjalanan dari camp 1 hingga menuju ke camp ke 2, melewati tanjakan cinta, terus ke area Oro Oro ombo, lanjut ke Cemoro Kandang, hingga ke Kalimati. Setelah di total perjalanan kami dari Ranukumbolo hingga Kalimati sekitar 4 jam.
Setelah tiba di Kalimati, kami segera mendirikan tenda, tendapun sudah berdiri kokoh, kami berbagi tugas, ada yang mengambil air di sumber mata air dan ada yang menyiapkan makan. Saya bertiga sore itu menuju ke sumber mata air di Kalimati, ternyata perjalanan cukup melelahkan ke mata air ini LANJUT CERITA PADA SEMALAM DI KALI MATI MAHAMERU
Malam Kedua di Ranukumbolo
sekitar pukul kurang jam 11 kami mulai start dari Kalimati menuju ke Ranukumbolo, kondisi perjalanan tidak sesulit waktu mendaki, karena relatif jalan terus menurun. Sayapun selama perjalanan pulang Saya habiskan dengan banyak merekam video dan foto. Sehingga perjalanan tak terasa banyak memakan waktu juga, tapi rasa senang dan gembiranya begitu indah.
Hingga menjelang pukul 4 kami masih berlama-lama di Cemara Kandang, oro oro ombo dan tanjakan cinta, sebagian teman sudah turun dan mendirikan tenda ditepi danau Ranukumbolo. Sore itu keadaan Ranukumbolo banyak kabut, dan tenda tendapun tidak banyak. Sehingga bisa dikategorikan sepi. Sehingga kami sangat leluasa dalam mencari lokasi untuk ngecamp. Selama di tanjakan cinta kami mendokumntasikan dengan foto, memasang hommock lalu bergantian berfoto, Bas, Amel dan Amri. Bahkan kami turun dari atas tanjakan cinta ke bawah tidak melalui jalur biasa tetapi lewat jalur baru dari area ini.
Setelah mendirikan tenda, kami lanjut mandi, sholat dan hingga malam kami isi dengan masak, makan bersama, selanjutnya sisa waktu kami habiskan dengan ngobrol, saya, Amri dan Danu banyak ngobrol tentang pengalaman satu sama lain dalam aktivitas sehati hati, teman yang lain sudah terbuai tidur kita masih asik bercerita satu sama lainnya hingga istirahat tidur.
Tidur nyenyak dan berkualitas saya rasakan pada malam kedua di Ranukubolo ini. Bahkan pagi itu sayapun berat untuk beranjak di dalam sleeping bag, namun karena moment sulit untuk terulang sayapun tergugah tuk lekas keluar untuk menikmati pagi itu..Selanjutnya pagi itu pagi hounting foto sunrise, kita masak diiringin naiknya sang surya, lanjut foto beesama dan perayakan ulang tahun pada bulan iti, makan bersama hingga beres untuk persiapan perjalanan pulang menuju Ranupane kembali.. Simak di ARTIKEL PERJALANANKU PULANG DARI RANUKUMBOLO MENUJU KOTA MALANG.
Berikut ini beberapa foto selama kegiatan Ranukumbolo
Berikut ini dokumentasi video selama kami di danau Ranukumbolo sselamat menyimak: