Cerita perjalanan kami kali ini berjudul: Trip Kuala Lumpur - Bangkok : Pengalaman Tak Terduga dengan Ma Lie Gadis Tiongkok. Bagaimana ceritanya, simak sampai abis ya.
Malam pukul 8.00 di KLCC Kuala Lumpur Malaysia. Kita bertiga memasuki gerbong kereta, sambil memegang tiket, satu persatu nomor bangku kami amati dan mencocokan
dengan nomor yang tertera di tiket kami. Hingga sampailah di nomor bangku yang kami
cari, segera saya letakan tas diatas bangku. Kami keluarkan sebagian
makanan untuk cemilan selama perjalanan menuju kota Hatyai Thailand.
Sambil
menunggu kereta berangkat tidak ketinggalan kami berfoto silfie ria. Seriring berjalanan waktu satu persatu para
penumpang memasuki gerbong yang kami tempati. Hingga munculah sekitar 6 orang
bertubuh tinggi dengan kulit khas albino. Ya tidak asing lagi di negeri kita
sering kita sebut bule. Mereka tediri dari 5 cowok dan 1 cewek serta duduk di
bangku pas di depan kami. Sehingga gerak
tingkah mereka sering teramati oleh kami. Apalagi tingkat mereka yang saling
bercanda dan mengerja’i sesama mereka dengan bahasa mereka (yang saya dengar
bukan bahasa Inggris). Tak kalahnya mereka dengan tongsis bercanda dan
berselfie ria seperti anak-anak muda di Indonesia.
Foto terakhir kali bertemu dengan Ma Lie di Cousan Road Bangkok |
Lucky, salah satu temanku dalam trip ini berkata. "Kok salah satu dari bule itu mirip aktor film yang lagi digandrungi oleh para
anak muda sekarang ini". Tapi saya tidak begitu memperhatikan siapa nama dan
wajah aktor yang disebutkan temanku tersebut. Karena perhatianku tertuju pada
pada sosok Gadis Tiongkok yang baru masuk gerbong dengan berwajah putih dengan mata sipit khas etnik di negeriku yaitu Tionghoa. Dia dengan membawa tas ransen yang
ukuran besar, dia dengan terburu-buru menunjukan tiketnya kepada
salah satu penumpang yang lain di gerbong itu. Hingga dia melewati bangku
tempat dudukku sambil dia bergumam dengan bahasa khas cina. Gadis Tiongkok itu memperlihatkan
suatu kekesalan.
Seiring lewatnya sang gadis Tiongkok itu, keretapun berjalan,
sayapun sempat menoleh kebelakang memperhatikan wanita Tiongkok tersebut. Dia
ternyata langsung rebah dan meletakan tas besarnya di sampingnya. Sedangkan
bangku duduk yang lain masih kosong. Selanjutnya saya kembali bercengkrama
dengan kedua teman tripku bercerita tentang perjalanan dan pengalaman yang perna
kami alami hingga akupun tertidur. Perjalanan malam itu kami penuhi dengan tidur di Kereta api menuju kota Hatyai Thailand.
Pagipun sudah tiba, kami masih di dalam kereta
menuju kota terbesar di Thailand selatan itu. Hingga tibalah kami diperbatasan
2 negara makmur di Asean itu. Kami diperintahkan untuk turun dan mengecek
pasport di Imigrasi. Saat masuk ruang administrasi kami diberi form yang harus
diisi. Saat saya sibuk mengisi form formulir, terdengarlah suara dalam bahasa
Indonesia “ehhh dapat form seperti itu darimana” lalu saya menoleh ke belakang,
seorang gadis dengan wajah khas Indo tapi lebih dominan ke wajah Tionghoa. Lalu
Lucky, menjawab “minta ke petugas disana” sambil dia menunjuk ke arah ruang.
Lalu Wenny (teman tripku) “lah itu orang Indo kan? Dia pakai bahasa Indonesia”
beberapa menit, datang lagi wanita tadi, dan kamipun berkenalan dan
bersera-obrol. Ternyata dia adalah Nova warga Jakarta. Dia jalan-jalan dari
malaysia dan ke Hatyai. Dia seorang wanita muda dan trip sendiri/ solo trip. Sampai saya
berpikir, waw berani sekali dia seorang gadis muda jalan-jalan ke negara orang
dengan sendiri.
Foto bersama saat bersama Nova |
Dari percakapan kami dengan Nova, tiba-tiba gadis
cina yang duduk di belakangku, menghampiri kami dan menunjukan pasport dia
(warga negara Tiongkok/ China), yang lebih membingungkan dia mengunakan bahasa
mandarin sehingga kami banyak kebingungan, tetapi disela-sela itu ternyata
Nova, cukup mengerti bahasa mandarin sehingga dia lebih banyak berbicara dengan
gadis cina itu. Ternyata gadis cina itu tidak mengurus VISA sehingga dia harus
ditahan dulu oleh pihak Imigrasi. Sehingga Nova menyarankan ke gadis cina itu
untuk mengikuti petugas yang ada disana.
Setelah pengecekan selesai, kami diizinkan masuk
kembali ke gerbong. Di gerbong kita ngobrol dan makan. Namun kereta tidak
kunjung berangkat, setelah cukup lama menunggu, tiba-tiba munculah sang gadis
cina itu, dia langsung menghampiri kami dengan bahasa mandarinnya. Kami sentak
kebingungan lagi (si Nova berbeda gerbong dengan kami), ternyata dia tidak bisa
berbahasa inggris, akhirnya Lucky melihat pasport dan kwitansi yang dia pegang.
Ternyata dia harus membayar pengganti VISA, cukup mahal, kami hitung dengan kurs rupian sekitar 5 juta
rupiah. Setelah si cina itu masuk gerbong kereta berangkat kembali. Penyebab
kereta belum berangkat jua ternyata menunggu dia mengurus administrasi
tersebut.
Siang hari, kami tiba di stasiun di Kota Hatyai. Kamipun turun dan kami kembali berkumpul : Saya, wenny, Lucky, dan Nova.
Sedangkan si gadis cina/ Tiongkok masih mengekor dengan kami. Akhirnya kami kenalan dan bersera obrol, apalagi disana ada Nova yang bisa sebagai perantara
bahasa mandarin. Obrol demi obrol ternyata gadis cina itu bernama Ma lie. Dia
dari Malaysia dan berencana ingin ke Bangkok, karena disana dia sudah janjian
dengan temannya dari negara dia.
Saya, Wenny dan Lucky; kami bertiga sempat berdiskusi alangkah beraninya wanita
cina ini. Dia pergi ke negara lain dengan modal berani, dari bahasa inggris
(bahasa Internasional) dia sama sekali tidak bisa dan pergi tanpa mengurus VISA
terlebih dahulu. Tidak tau itu modal berani apa modal nekat... hehehehe,... Lucky
juga sempat melihat isi tas dia. “gila duitnya banyak banget dan trus dia pakai
handphone samsung yang paling mahall” luar biasa tuhh tajirr gadis cina
itu..... serem kalau di rampok gimana?
Manggo Sticky Rice makanan khas Thailand |
Selama di Hatyai kami dari bertiga bertambah
menjadi 5 orang, ketambahan Nova dan Ma Lie. Kita dengan mengunakan kendaraan
umum (angkot), disana disebut tuk-tuk Kita wisata kuliner menikmati makanan
khas Hatyai yaitu sticky monggo rice.
Kemudian kita keliling pasar pakaian dan pernak pernik disana. Di Kota ini kita
bisa menggunakan 2 mata uang yaitu ringgit (Malaysia) dan bath (Thailand). Di
kota ini juga masih banyak mengunakan bahasa melayu. Selama di Hatyai, Ma lie
bercerita melalui Nova, bahwa di negaranya pernak pernik seperti itu banyak,
jadi dia tidak mau membeli di negara lain, lebih baik membeli di negara
sendiri.. waw pesan moral yang menyentuh banget, Cinta produk dalam negeri.
Setelah keliling pasar di Hatyai kita kembali ke stasiun.
tuk tuk adalah angkotnya Negara Thailand |
Pada Sore hari kita melanjutkan perjalanan menuju
Ibu kota negeri gajah putih tersebut, Bangkok. Pada saat akan tiba di Kota Bangkok,
tiba-tiba ada diantara penumpang gerbong menghampiri kami. Seorang bapak warga
Malaysia, sebelumnya dia kira kami adalah warga Malaysia, sehingga dia berani
menyapa. Setelah ngobrol dia baru tau kalau kami dari Indo, dan dia banyak
bercerita kalau dia sempat lama tinggal di Indo. Disela-sela obrolan dia sempat
agak kurang senang dengan kebaikan kami atau terlalu welcome dengan orang baru
(mengarah ke Ma-Lie) karena banyak kasus penyelundupan barang ilegal mengunakan
orang-orang yang kurang berpengetahuan, dia mengarah ke Ma Lie, takut saja dia
sebagai sindikat jaringan narkoba internasional, kalau benar bisa-bisa kalian
kena juga... saya, Lucky dan Wenny sempat bertatapan mata cemas. Namun melihat
kecemasan kami, bapak itu berusaha meleburkan kecemasan kami berkata lagi
semoga saja dia tidak....
Setelah di
Bangkok, dengan bantuan bapak dari Malaysia itu kami bisa menjangkau tujuan kami
lebih cepat yaitu menuju kawasan Cousan
Road menaiki Bis kota, di Cousan Road
kami berpisah dengan bapak asal Malaysia, dia berpesan tetap waspada dalam
berdarmawisata. Sedangkan Ma Lie, masih mengekor dengan kami, kami masih
kesulitan untuk berkomunikasi dengan dia karena bahasa. Selanjutnya ketika kami
sampai di penginapan yang sudah kami booking sewaktu di Indo, kami bisa
berkomunikasi dengan Ma Lie mengunakan Google translate (atas ide dia kita bisa
ngobrol dengan ini), sehingga obrolanpun bisa nyambung. Ma lie akan tinggal di Bangkok
sekitar 10 hari karena dia sudah berjanji bertemu dengan temannya yang akan
datang ke Bangkok, 10 hari lagi. Ma Lie rencana akan menginap juga di
penginapan tempat kami menginap, tetapi
penginapan tersebut sudah full. Akhirnya kami mencarikan penginapan buat
Ma lie, yang tidak begitu jauh dari penginapan kami. Selanjutnya kami berpisah
dengan Ma Lie dan kembali ke penginapan kami.
Sekian hari kami tinggal di Kota Bangkok, menikmati
berbagai sajian pesona wisata di Kota Metropolis itu, kami tiba saatnya pulang,
siang hari itu kami akan menuju Bandara. Sebelum naik angkutan arah bandara
kami sempat mampir ke mini market. Setelah ke luar minimarket. Wenny dikejutkan dengan adanya seseorang yang menarik tasnya dari belakang, ternyata
ada sosok Ma lie, gadis Tiongkok yang kita kenal selama perjalanan menuju
Bangkok. Akhirnya kita pamitan dan berpisah hingga sekarang tidak bertemu
lagi..
Walau kenal singkat dengan Ma Lie tapi banyak point
yang bisa kami pelajari...
Dari Cinta produk dalam negeri, Berani atau nekad,
bahasa, teknologi berbicara, perlu perencanaan yang matang dan lain-lainnya..
Stasiun Kereta Api di Hatyai Thailand |
TUK TUK |
Foto bersama Ma Lie di depan Stasiun Kreta Hatyai Thailand yang motoin Nova. |