Berisi tentang cerita, foto, video, hoby, Aktivitas, dalam perjalanan petualang dan pencari pengalaman

Showing posts with label Flores Labuhan bajo Komodo. Show all posts
Showing posts with label Flores Labuhan bajo Komodo. Show all posts

6/19/23

Pulau Kelor : Jomblo dan Galau Terlupakan

11:00 PM 0
Pulau Kelor, Pulau yang terletak di kawasan Taman Nasional Komodo memiliki keindahan dan pemandangan yang menakjubkan. Di Pulau Kelor  memliki rumput savana, pasir putih merona, bawah laut yang mempesona dan pemandangan bukit bukit yang memanjahkan. Di Pulau Kelor ini, bagi seorang traveler atau hoby berpetualang belum lengkap perjalanan anda jika belum berkunjung ke pulau ini. jadi di Pulau Kelor : Jomblo dan Galau Terlupakan, benar ngga ya? 
Agar lebih drama jadi memeang ketika di Pulau Kelor : Jomblo dan Galau Terlupakan. Dengan pemandangan yang cantik ini kita diberikan penyegaran yang besar, karena dari bermain di pasir putih. Bermandi manja di pantai yang airnya jernih, serta pemandangan terumbu karang yang super indah serta pemandangan savana yang anggun, otomatis dengan sepenuhnya menikmati keagungan ciptaan Allah ini, kita akan terlupakan kalau kita perna sakit hati, perna galau ataupun lagi gundah gulana karena belum dapatkan seorang kekasih alias jomblo. jadi benar kan jika ke Pulau Kelor : Jomblo dan Galau Terlupakan. 

Jangan khawatir dengan trip ke pulau Kelor ini semuanya blas jadi segar dan melupakan galau ataupun jomblo.

Saya pribadi memberi sanjungan pada pulau Kelor ini adalah pulau anti galau dan tidak perna merasa jomblo, tidak percaya silahkan buktikan sendiri. Ingat dunia tak sesempit daun kelor. Di Pulau Kelor : Jomblo dan Galau Terlupakan.

untuk melihat video keindahan dan ke eksotikan pulau kelor silahkan tonton dibawah ini, dijamin anti galau. 

6/18/23

Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere

10:27 PM 0
Masih trip di hari ke dua, setelah pagi hingga siang kita berkunjung ke pulau Kojadoi dan pulau Pangabatang, kita kembali ke pelabuhan Nanghale, selepas siang kita berangkat menuju bagian barat kota Maumere, yaitu objek wisata Tanjung Kajowulu. Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere

Setelah melewati kota yang terkenal dengan goyang gemu famere, kami melewati pemukiman dan lahan-lahan hingga sampai di daerah tepi laut, dana sepajang jalan pemandangan laut dan pantai yang sangat memanjakan mata, di atas mobil pickup bak terbuka kami menyaksikan keindahan alam Maumere.  Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere. Kondisi kontur yang khas dengan pantai dan bukit yang menguning karena serta beberapa bagian dari bukit-bulit menghitam karena abis terbakar. Kondisi terik menjelang sore itu, kami sangat tersanjung dengan indahnya alam. 

Dari cerita teman teman UNIPA yang bersama sama trip ini, menyatakan bahwa bukit bukit yang ditumbuhi rerumputan tersebut jika musim kemarau akan menguning dan terbakar.  Hal tersebut terkadang saking teriknya mentari dapat menyebabkan terbakar. Maka dari dari itu kami menyaksikan keadaan alam di sini menguning dan ada lah yang bekas terbakar.  Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere. Akan tetapi jika  hujan, bukit bukit tersebut akan nampak menghijau. 

Setelah perjalanan berkelok menanjak di area tersebut kami sampai di tempat yang sudah di buat khusus dengan adanya tangga, di atas puncak terlihat bangunan berbentuk akan plus /salip. Kami selanjutnya turun dari mobil dan meniti tangga naik ke atas. Diatas kami dapat menikmati indahnya pemandangan di Tanjung Kajowulu dengan bukit bukty, pulau dan laut yang eksotik. Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere Apalagi suasana sudah menjelang magrib, matahari mulai menyelinap diupuk barat. Ya suasana sunset di tanjung ini sangat indah. Bak kilauan cahaya kuning emas kemerahan memberikan kenikmati mata tersendiri di sore itu. 

Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere. Matahari menghilang di ufuk timur, kamipun bergegas turun ke jalan raya dan menuju kembali ke sekret MAPALA UNIPA di kota Maumere, sepanjang perjalanan pulang kami disajikan surga bintang, di langit kondisi cerah sehingga kami menikmati indahnya binta bintang yang berkelipan di langit, amat banyak moment tersebut sangat cocok sekali untuk hounting foto milky way tapi karena kondisi diatas mobil, tidak terlaksana keinginan tersebut. 

Simak keindahan lokasi wisata di sekitar Maumere berikut ini  diakhir video nampak Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere

Trip selanjutnya kita ke pantai Koka. Silahkan simak Pantai Koka di Sikka  Flores : Eksotiknya Tidak tergantikan 

Menikmati Sensasi Kopi Flores di Kampung Bena di Bejawa

1:50 PM 0
Sekitar pukul 7 malam kami tiba di kota Bajawa, kota kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tengarara Timur. Setelah perjalanan kurang lebih 5 jam dari Riung. Sensasi hawa sejuk kami rasakan di kota ini, menikmati sedapnya masakan khas asli Sumatera Barat menambah sensasi berbeda ketika di kota yang Terkenal dengan istilah "Piring Kedamaian" Masakan padang ternyata ada dimana-mana, yang khas lagi penjualnya ternyata asli orang Padang juga. waw mantap menikmati makanan khas Padang di Kota Piring Kedamaian, Bejawa.  Artikel cerita perjalanan di kota Bejawa kita akan menuju ke kampung adat yang terkenal di bawah kaki gunung Inerie sambil menikmati sensasi Kopi Flores di Kampung Bena. 
Kampung Bena di Bejawa yang berada di kaki gunung Inerie yang masih aktif 
Foto Kampung Bena tampak dari puncak paling atas di kampung Bena Bejawa 

Kami bermalam di penginapan yang sebelumnya sudah kami booking. Penginapan yang berada di jantung kota Bajawa ternyata penginapan tersebut masih tahap renovasi, sehingga kami dipindahkan oleh pihak penginapan ke homestay penginapan tidak jauh dari penginapan tersebut. Di penginapan kamipun melepas lelah dan mempersiapkan untuk trip ke kampung Bena esok harinya. Kami ingin menikmati sensasi kopi Flores di Kampung Bena di Bejawa. Walau Sempat di Penginapan ini ada catatan serunya. Kami tidur bertiga yang seharusnya diisi oleh 2 orang, alhasil kaki serasa menggantung karena ukuran tempat tidurnya yang tidak pas, tapi alhamdulillah bisa nyenyak juga. 

Pagi-pagi saya sudah terbangun terlebih dahulu, sayapun sudah mempersiapkan diri untuk berpetualang hari itu untuk menikmati sensasi kopi Flores di Kampung Bena di Bejawa ini. Teman-teman lain yang belum bangun saya bangunkan. Menjelang jam 7 kamipun sarapan bersama dan sudah siap untuk menjelajah kampung Bena. 

Perjalanan kami dari Bajawa ke kampung Bena tidaklah begitu jauh, sekitar setengah jam kami sudah sampai di parkiran yang khusus di kampung tersebut. Sepanjang perjalanan menuju desa Bena, kami disajikan dengan pemandangan gunung Inerie yang tampak tinggi menjulang di sisi jalan. 

Tiba di kampung Bena, kami berjalan sekitar 50 meter menuju ke rumah penerima tamu, kami melakukan regestrasi dan mengisi buku tamu, seingat saya 1 orang pengunjung dikenakan biaya Rp.15.000 rupiah, disana juga kami harus mengenakan kain tenun yg kecil sebagai tanda tamu yang masuk ke kampung ini. kain tenunnya sangat cantik dan indah, sehingga kamipun berebut ingin mendapatkan yang paling bagus, padahal semua bagus, sesuai selera masing-masing. 
situs megalitikum di kampung bena Bejawa
Kampung Bena merupakan desa wisata sekaligus situs megalitikum peninggalan mas zaman batu hingga eksis sampai sekarang, disini banyak terdapat susunan batu yang dibentuk dengan khas, selanjutnya di kelilingi rumah rumah warga yang bentuknya khas bena. yang lebih luar biasa sekali, perkampungan ini teretak di kaki gunung masih aktif yaitu gunung Ineire. 

Ibu sedang menenun di depan rumah Kampung Bena
Selama di kampung kami langsung bernarsis dan foto-foto ria, bercengkrama dengan ibu-ibu yang sedang menenun di depan rumah masing-masing, sayapun saat itupun langsung keliling kampung hingga ke ujung, di ujung kami kembali berfoto foto lagi. Saking asiknya foto foto, sayapun tertinggal rombongan. Ternyata rombongan sudah singgah di rumah yang paling ujung yang menghadap utara. Sayapun segera menyusul mereka, ternyata sedang asik menikmati kopi, sayapun segera melepas sepatu dan duduk dekat dengan Ibu pemilik rumah dan langsung ditawari minum kopi atau teh. Saya langsung menjawab ingin kopi saja. saya ingin menikmati sensasi kopi Flores di Kampung Bena di Bejawa.

Tidak lama dalam keasikan obrolan kami, kopipun sudah tersaji, saya langsung mengambil jatah. slurup kopi hangat saya minum, terasa bercampur di lidah, waw rasanya nikmati dan sensasi baru, saya yang nota bene bukan pecandu kopi tapi merasakan nikmatnya kopi Bejawa. memang saya keterunan keluarga petani kopi, dan setidaknya sering mengkonsumsi kopi, rasa kopi yang ada di Kampungku Way Tenong Lampung Barat, ada unsur berbeda rasa kopi Lampung dan kopi Bajawa. namun rasanya mantap. Bagi pecinta kopi harus menikmati sensasi kopi Flores di Kampung Bena di Bejawa.

Setelah cukup lama di rumah warga Kampung Bena, kamipun berpamitan untuk melanjutkan trip. inilah pengalaman kami dalam menikmati sensasi kopi Flores serta adat budaya di Kampung Bena di Bejawa.

Rute untuk mencapai Kampung / Desa Bena Bejawa adalah : Dengan menggunakan via pesawat terbang dari kota kupang ke kota bejawa di Bandara Soa, selanjutnya dari bandara ke kota Bajawa menggunakan travel  dengan harga kurang lebih 50 ribu. dari kota Bejawa bisa mencari penginapan disini atau melanjutkan ke desa Bena dengan menggunakan jasa ojek dengan waktu sekitar 30 menit.

Jika dari kota Ende, menggunakan travel atau bis jurusan Ende-Bajawa kemudian turun di Mataloko. Selanjutnya dengan jasa ojek untuk ke  kampung Bena.

Video selama di Kampung Bena simak dibawah ini : Kampung Adat Bena dan sawah Jaring Laba laba Cancar di Flores

6/16/23

Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores

12:53 AM 2
Trip kita di hari ke 7 dan 8 di Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. ini masih bagian dari Ekplore Flores - komodo bersama tim Jala Man Nusantara. Kampung adat Wae Rebo, awal pertama saya mendengar dan melihat tentang kampung ini melalui foto yang dibagikan di jejaring sosial, rasa kagum dan penasaran bagaimana keadaan kampung tersebut menjadi penasaran tersendiri dibenakku. Akhirnya pada kesempatan ini rasa penasaran sayapun terjawab sudah, puji syukur selalu dipanjatkan atas rezeki yang dilimpahkan Allah SWT, sehingga saya dapat menginjakan kaki ke tanah kampung Wae Rebo ini. 

Setelah kita eksplore Bajawa di kampung Bena dan sawah jaring laba laba di cancar, Ruteng, Manggarai. Perjalanan kita lanjutkan menuju kampung Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. Dalam trip jelajah kampung Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. Kita cukup banyak mendapatkan PHP (pemberi Harapan Palsu), karena apa? Ya karena banyak sekali sebab pertama ternyata semua penghuni mobil elf yang kami sewa, belum ada yang perna ke desa Wae rebo, Baik itu sopir maupun kernet, apalagi kita peserta trip yang baru kali ini menginjakan kaki di Flores. 

Selanjutnya dari rencana awal, tidak sesuai perhitungan dari tim leader kita, bahwa kita sampai di Denge (kampung terdekat dengan Wae rebo) sekitar sore atau menjelang malam, tetapi ternyata kita tiba malam sudah larut lewat jam 10 malam, cukup lelah. Ternyata kampung  Adat Wae Rebo memang berada Di Pedalaman Flores sehingga cukup jauh untuk dijangkau baik menggunakan mobil yang dilanjutkan tracking ke pedalaman hutannya. 

PHP selanjutnya rencana kita akan tracking ke desa Wae Rebo malam hari dan bermalam di desa itu, akhirnya tidak jadi karena sudah kemalaman tiba di Denge (kampung terdekat dengan Wae rebo). PHP Selanjutnya sepanjang jalan kita sering sekali bertanya kepada warga atau sopir yang sempat kita temui, yang pertanyaan selalu: ini benar jalur ke wae rebo /Denge?  dan berapa lama lagi kita ke Wae Rebo?  Dari berbagai jawaban selalu bervariasi, ada yang jawab ya, sekitar 1 jam, setengah jam, 20 menit, 45 menit, 2 jam bermacam-macam. Trus ada yang jawab 20 km, 10 kiloan lagi, ada yang jawab 30 km, 11 km, bervariasi juga, akhirnya kitapun selalu menjadi guyonan "aduh kita di PHP nih" akhirnya berbagai macam candapun sudah keluar dari mulut masing masing personil untuk menghilangkan kejenuhan di dalam mobil elf malam itu. Waerebo banyak PHP. Kondisi sudah malam, perut juga sudah kosong, cemilan sudah habis. Niat mencari warung makan, sepanjang jalan hingga sampai di Denge tidak menemukan warung makan, sudah pokoknya full PHP. sungguh penuh dengan drama PHP saat ekplore  Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. 

Rute Menuju Wae Rebo
Kampung Wae Rebo terletak di 1085 mdpl, berhawa sejuk dan dikeliling hutan serta perkebunan kopi. Wae Rebo merupakan Kampung Adat Di Pedalaman Flores. Perjalanan menuju kampung Waerebo cukup lama, kami yang sebelumnya dari Cancar sekitar jam 4an WITA ternyata tiba di Wae rebo hampir jam 10 WITA malam. Dilihat dari kondisi jalan memang jalan aspal namun ada yang berlobang dan ada yang halus, tetapi rata2 badan jalannya cukup kecil, hanya muat sekitar 1 mobil besar, beberapa kali bis kita harus berhenti dan mencari tempat yang pas, saat berpapasan dengan mobil lain. Jelajah Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores perlu adany pengorbanan dan persiapan jangan sampai korban PHP. Semua harus hati-hati banyak jalan berliku dan melewati jurang, serta pesisir laut, umumnya kendaraan dapat mencapai ke Kampung Denge (379 mdpl).  Terdapat 1 jembatan yang kondisinya rusak, dimana kita satu mobil harus turun untuk mengurangi beban mobil. Semoga segera diperbaiki sarana dan prasarananya. 

Selanjutnya kita tiba di Denge (Kampung Terakhir menuju Wae Rebo) langsung ke rumah pusat informasi wisatawan, yang ternyata disana juga sebagai penginapan/homestay. Letaknya Samping SD Denge. Malam itu kita langsung disambut oleh bapak Blasius Monta yang ternyata putra daerah desa Wae rebo yang kesehariannya adalah seorang guru SD. Sehingga eksplore kita kampung Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores dapat terfasilitasi. 

Untuk mencapai kampung Wae Rebo Setelah dari Denge, harus tracking jalan kaki selama 3-4 jam menanjak melalui hutan hingga tiba di desa tersebut. Ingat ya Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores, jadi jangan berekpektasi bisa sampai tanpa jalan kaki, butuh tracking. Tamu hanya diterima di Wae rebo hanya siang hari saja, namun jika kondisi mendesak atas izin Bapak Blasius, kemungkinan dapat dilakukan tracking malam. 

Tata Cara Memasuki kampung Wae Rebo
Berdasarkan info dari bapak Blasius, untuk mencapai kampung Wae rebo harus jalan kaki sepanjang 9 km dari Denge, kondisi rute 4 km jalan aspal dan 5 km jalan setapak menanjak. Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. Dalam menuju ke kampung Wae rebo harus didamping oleh porter ataupun sebagai pembawa tamu, porter akan disiapkan oleh Bapak Blasius. Porter tersebut akan memandu tamu hingga pulang kembali ke Denge /penginapan. Saat mendekati tiba di kampung Wae Rebo, akan tiba di rumah peristirahat sementara, disana porter akan membunyikan kentongan, bukti bahwa ada tamu akan datang ke kampung tersebut. Di rumah ini kampung Waerebo sudah terlihat.

Selanjutkan kita turun hingga ke pintu masuk kampung, peraturan disana, jika sampai di desa tersebut belum diizinkan untuk beraktivitas di kampung itu tetapi harUs diterima dulu di rumah besar / utama oleh ketua adat Wae rebo, kita memberikan mahar sesuai dengan peraturan Wae rebo. setelah penerimaan tersebut, semua tamu sudah berstatus penduduk Wae rebo, selanjutnya dari rumah besar lanjut ke rumah tamu untuk melakukan regestrasi penerima tamu/pembayaran. Setelah itu kitapun sudah bisa berfoto, berinteraksi dengan warga dan aktivitas lainnya. 

Biaya yang dikeluarkan Selama di Wae Rebo
Menurut kami biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke kampung ini tergolong mahal karena : 
1. Biaya masuk ke kampung Wae Rebo jika menginap semalam Rp. 325.000 per orang, jika hanya datang hari terus pulang /tektok Rp. 200.000 per orang 

2. Biaya porter  Rp.200.000 per porter per group. Pulang pergi.  

3. Biaya menginap di homestay:  Rp. 200.000 per orang, walaupun satu kamar diisi 2 orang. Termasuk 2 kali makan. 

4. Makan tambahan Rp.35.000 per orang  kopi/teh Rp.5000 per gelas 

5. Serah terima ke ketua adat : per group untuk 1-2 orang : Rp.20.000, 3-6 orang  : Rp. 50.000, 7 orang ke atas : Rp.100.000

Pada acara khusus acara adat harganya lebih mahal lagi acara penti :Rp. 450.000 per orang per malam Mbata : Rp.250.000 per pentas  acaranya biasanya dilaksanakan pada tanggal  setiap16 November. Mengapa mahal karena Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores.

Sejarah Wae Rebo  
Berdasrkan informasi yang saya peroleh dari Bapak Blasius Monta, Asal usul nenek moyang suku Wae rebo adalah dari Minangkabau, Sumatera Barat, dahulu nenek moyang tersebut berlayar hingga terdampar di Sekitaran Flores, kemudian dari pantai melihat ada kepulan asap dari laut tersebut hingga ke tempat asal kepulan asap tersebut yang sekarang kampung Todo. dahulu nenek moyang tersebut dua beradik, kakak akhirnya pindah ke Wae rebo. Hingga turun temurun sampai sekarang. sedangkan adik juga turun temurun di kampung Todo. Sekarang ini pemimpin adat  Wae rebo merupakan Generasi ke 18, tapi bahkan ada yang sudah generasi ke 20, sedangkan bapak  Blasius Monta adalah generasi ke 17. masih dari pernyataan bapak Blasius, semua keturunan Wae rebo memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin adat. tetapi dipilih oleh pemimpin sebelumnya, cara memilihnya, orang tua / pemimpin sebelumnya melihat dari talent anak mudanya calon pemimpin tersebut. Lama memimpin adat di Waerebo tidak ada batasan selama sang pemimpin mampu.  Untuk adat perkawinan di suku ini laki yang paling tua menikah dengan wanita dan tinggal disana.

Di Kampung Wae Rebo terdapat 8 rumah adat yang berbentuk krucut, dimana pada  rumah utama di huni 8 kepala keluarga sedangkan yang lain dihuni 6 kepala keluarga, jadi  total ekitar 200 orang warga yang ada di rumah adat di Wae Rebo.
Masyarakat Wae Rebo mayoritas penganut agama katolik dan berpendapatan sebagai petani kopi, kopi Wae Rebo termasuk kopi terbaik di Indonesia.

Demikianlah sekelumit pengalaman kami selama di Kampung Wae Rebo, Flores Nusa Tenggara Timur selanjutnya trip kita ke Labuhan bajo. 

Kenangan yang Manis di Labuhan Bajo

12:29 AM 2
Pemandangan Di Labuhan Bajo Flores 
Cerita selanjutnya perjalanan kami dalam ekplore Flores - Komodo yaitu dalam bingkai "Kenangan yang Manis di Labuhan Bajo". Setelah perjalanan jauh selama kurang lebih 6 jam, dari kampung Waerebo akhirnya kita tiba di Labuhan Bajo tepatnya pukul sekitar 8 malam. Di Kota Labuhan Bajo ini lokasi yang kita tuju adalah penginapan yang sebelum sudah dibooking oleh tim leader, Bang Emaniel yaitu penginapan BajoView. 

Dalam kondisi remang-remang malam itu, kita turun dari mobil minibus yang sudah menghantarkan kita keliling sebagian wilayah pulau Flores. Semua membalut kisah yang menjadi kenangan manis dan indah saat jelajah Flores untuk kita kenang dimasa depan. Setelah turun dari mininus kita langsung menuju ke penginapan Bajo View. Penginapan ini terletak dibagian atas di Kota Labuhan Bajo. Setelah masuk di penginapan Bajo View. Ternyata penginapan ini dengan khas tersendiri karena tidak seperti penginapan biasanya yang mana para tamu tinggal di kamar. Akan tetapi di penginapan ini tinggal atau tidur dalam tenda. Tenda-tenda buat sedemikian rupa, yang mana dalam 1 tenda terdapat 2 tempat kasur serta dilengkapi colokan buat charger dan 1 kipas angin. Cukup unik penginapan ini yang menjadi bagian manis kenangan kami di Labuhan Bajo. 

Lanjut cerita kenangan yang manis di Labuhan Bajo "Silahkan teman-teman pilih tenda masing-masing yang tendanya terbuka" seru Leader kita. Sembari menyusuri lorong antar tenda di penginapan Bajo View. Saya langsung tertuju satu tenda yang sudah siap dan cukup bersih. Terdengar seruan teman "eh disini tidak ada colokan chargernya" sayapun langsung cek terminal colokan charger, tentunya perangkat elektronik kita sudah pada sekarat atau low baterai

Saya langsung coba colakan charger, dan ternyata tidak dapat disambung ke HP alias tidak menyala. Sayapun langsung keluar tenda dan menyambangi tenda didepannya yang masih terbuka. Saya cobakan charge dicolokan listrik di dalam tenda tersebut.  Ternyata menyala tersambung dengan HP. Saya langsung ambil tas dan barang yang lain untuk pindah ke tenda. "kok pindah" sahut mas Anto yang baru datang dan mencari tempat, disana colokan listriknya tidak lancar. Beliau juga meminta untuk satu tenda dengan saya, langsung saya persilahkan. Ketika itu dia langsung rebahan, seperti cape dan menahan sakit. Ujar beliau "kepala saya sakit sekali"  saya balas "sakit kenapa", dia bilang tidak tau. Langsung saya tawarkan obat sakit kepala dan beliau segera meminumnya. Diapun langsung tidur. 
Foto Almarhun Ibnu Haj, saat mencari tempat tidur di penginapan Bajo View.
penampakan dalam tenda di Penginapan di Bajo View  
Malam itu, setelah selesai bersih-bersih diri.  Sebagian teman-teman sudah duduk di bagian khusus view di penginapan ini. Kita kembali bersera obrol tentang perjalanan dan rencana trip selanjutnya. Ada beberapa teman tidak ikut gabung karena sudah cape dan butuh istirahat. Malam itu kenangan manis selama Labuhan Bajo begitu indah dengan pemandangan lampu kemerlipan di laut sekitaran Labuhan bajo. Ingin sekali menikmati Indahnya malam di  Labuhan Bajo hingga larut malam. Tetapi dikarena lelah kamipun segera menuju tenda masing-,masing dan  tertidur pulas hingga pagi hari. 

Pagi-pagi kita sudah bangun. Saya lihat teman-teman sudah segar, begitu juga dengan Anto.  Setelah bersiap-siap langsung check out dari penginapan yang khas ala tenda ini.  Beberapa kali saya mengambil foto lanscape ketika berada di penginapan ini. Pemandangan pantai serta pelabuhan yang mempesona di pagi itu sebagai bagian dari Kenangan yang Manis di Labuhan Bajo. Selanjutkan kami segera bergegas menuju pelabuhan untuk melanjutkan trip ke kawasan Taman Nasional Komodo. Perahu yang kami booking sudah menghubungi dan menunggu di pelabuhan. silahkan simak artikel - artikel perjalanan kami dalam menjelajah Flores - Komodo dalam Jala Mana Nusantara berikut ini : 
di depan pintu masuk Pelabuhan Labuhan Bajo
Bagi Kami  Kota Labuhan Bajo merupakan kota kenangan yang berada paling barat di pulau Flores. Kota pantai yang paling dekat dengan Kawasan Taman Nasional Komodo. Tempat transit dan akses utama para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Komodo dan sekitarnya. Di kota ini sudah terdapat pelabuhan kapal feri, bandara, serta sudah mulai banyak di bangun hotel. Di kota Labuhan Bajo sudah banyak penginapan dari kelas backpacker hingga eksklusif.  Pelabuhannya dan pusat kuliner serta cafe -cafe sudah lengkap.  Di sini sudah banyak bule hilir mudik, nongkrong dan aktivitas yang lainnya. Kota ini masih terus berbenah menjadi kota wisata. Dari pernyataan teman trip saya Mbak Sri Purbahaya (traveler Indonesia asal Bali) dulu di tahun 2012 berkunjung ke kota ini belum se-maju sekarang, beliau menyampaikan bangunan-bangunan megah serta pemukiman tidak serapat sekarang. Cepat sekali perkembangannya. Waw emejingg...

"Menurutku kedepannya seperti legian kute di pulau Bali. Karena yang saya lihat banyaknya wisatawan asing dan cafe-cafe yang ada di Kota ini". lanjut cerita mba Sri. Untuk mencapai kota Labuhan Bajo dapat melalui via kapal laut atau via pesawat terbang. Jarak bandara ke kota tidak begitu jauh kurang dari 5 km, dari bandara ke kota Labuhan bajo dapat menggunakan angkutan umum atau dengan ojek yang banyak di depan pintu keluar bandara. 
Masjid megah di Tengah Kota Labuhan Bajo
Beberapa catatan indah yang manis dan seru selama di Kota Labuhan Bajo ini dari kami para backpacker yang tergabung dalam Group Jala Mana Nusantara, yang berjumlah 12 orang.  Saya rangkum dalam point-point berikut ini, Kenangan yang Manis di Labuhan Bajo:

1.) Kita tinggal di Kota ini sekitar  5 hari 5 malam, walaupun ada yang tinggal 6 hari. Dari tiap malamnya kami pindah-pindah penginapan, dimulai di penginapan Bajo View, terus Hotel pelangi, Hotel Bajo, dan hotel mutiara. Manisnya masing masing penginapan dengan kesan tersendiri, angkut career sana kemari.  Setelah trip sailing Komodo kami kembali ke Kota Labuhan Bajo, pada saat tiba di kota ini lagi, salah satu teman sudah mencari dan memboking penginapan yaitu hotel pelangi. Di hotel ini ada sewa kamar yang paling murah dengan permalam perkamar 150 ribu, kita mengambil itu tetapi hanya satu malam saja dengan alasan kurang recomended kita pindah ke hotel bajo dimana di hotel ini ada kamar paling murah 200 ribu yang dapat diisi 2 orang. Akan tetapi karena malam selanjutnya sudah di booking  tamu lain jadi kita malam selanjutnya pindah ke hotel mutiara dengan harga perkamar sama 200 ribu.  Kedua hotel terakhir sangat rekomendasi bagi para backpacker karena murah dan nyaman serta sudah AC, kamar mandi dalam. Pengalaman pindah-pindah penginapan di kota Labuhan Baju menjadi cerita untuk group trip kali ini dimana menginap 4 penginapan berbeda yaitu: bajo view, pelangi hotel, hotel bajo dan mutiara hotel. 

2.) Makan di pelabuhan dan makna padang, beberapa kali kita pada saat akan sailing membeli nasi bungkus di depan pintu pelabuhan. Selain harganya murah, 10 ribu satu bungkus juga rasanya tidak mengecewakan. Bahkan menjadi bekal kami di kapal, dengan membeli nasi bungkus tersebut. Selain nasi bungkus, nasi padang menjadi primadona kami, karena butuh energi lebih, alternatif nasi padang adalah pilihan. Beberapa kali nasi padang menjadi goyunan kami, karena ada tingkah dari teman trip yang pagi-pagi subuh sudah keluyuran mencari nasi padang. Dikarenakan kelaparan, bahkan sampai menunggu warungnya buka. Hahaha..ayoo siapakah itu?? 

3.) Untuk pertama kali, saya dan beberapa teman muslim. Kami mengikuti sholat idul adha di Lapangan Sepak Bola di Kota ini, tepatnya di depan hotel Pelangi,  keadaan lapangan penuh oleh para jemaah dan hikmat. Tahun ini kami berhari raya Idul Adha di kota Labuhan Bajo. bagi saya sangat kenangan yang manis, sahabat trip menjadi keluarga dalam hari raya ini. 

4.) Adanya kelucuan dimana ada penghargaan miss komodo jala mana nusantara, dimana selain penghargaan tersebut ada kelucuan dengan nominasi-nominasi sebegai berikut:  miss eaty (peserta trip yang makan dan makan lagi, ya bisa jadi kerjaannya utamkan makan), miss complent (selam trip banyak komplen baik ke sesama trip atau kepada tempat yang dikunjungi), miss laty (telat mulu bahkan hampir ditinggal karena suka menghilang dan telat), miss kuli (bawaan barang banyak dan kuat kayak kuli serta suka membawakan barang teman-temannya) miss sleepy (kerjanya tidur mulu) dan miss bikini (jika saat mandi di laut atau di pantai hanya pakai cancut doang). Dalam perjalanan trip ini, bahkan dalam senda gurau tertentu selalu julukan ini muncul ke personal yang ditujukan tersebut.  Kalau saya jadi miss apa ya? hehe, Jadi malu?? teman teman juluki saya miss best costume. kenapa ya? gara-garanya pakaian yang saya pake, agak asing bagi mereka, bahkan kata mereka lucu. tapi saya enjoy aja dengan pakaian tsb mumpung tidak didepan mahasiswaku..coba kalian lihat video-video trip kita pakaian saya best ngga? ckckck.. 

5.) Kelucuan yang lain dari candaan dan banyolan teman-teman yang tidak memandang perbedaan menjadi suasana lebih akrab. Dari kebiasaan teman yang tidur ngorok yang disatukan dalam satu kamar, teman yang suka curhat digabungkan dengan teman yang suka mendengarkan curhat, pokoknya dari berbeda-beda tetap satu jua. NKRI banget dah, dari beda pulau, beda kota, beda profesi, beda kebiasaan, beda suku, beda ras, beda agama kita satu dalam balutan JALA MANA NUSANTARA yang terungkap saat kita di "Kenangan yang Manis di Labuhan Bajo"

Setelah di Kota Labuhan Bajo kita lanjut trip Sailing Komodo. dimulai ke Pulau Padar. Jangan lupa simak artikel selanjutnya saat kita Pulau Padar: Pulau Terindah Di Dunia
Simak Video berikut ini keindahan alam flores dan Taman Nasional Komodo: dalam frame: Kisahku Trip 14 Hari Jelajah Flores - Labuhan Bajo - Pulau Komodo