PESTA
SEKURA : Perayaan Hari Lebaran Khas Lampung Barat
Demikanlah cerita tentang pesta sekura semoga dapat menambah referensi dalam mengenal seni budaya di Lampung.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Program Tematik Ramadhan Di Lampung Bersama Tapis Blogger
Perayaan
hari raya Idul Fitri akan semakin lengkap dengan berkumpulnya dengan keluarga
besar, tentunya akan lebih lengkap dan menyenangkan jika dapat bersama-sama
berdarmawisata ke objek wisata dan budaya di Nusantara. Nah berikut ini ada
salah satu budaya nusantara yang khas yang ada di Lampung, tepatnya di
kabupaten Lampung Barat. Masyarakat setempat menyebutnya Pesta Sekura.
Dari pengalaman pribadi, berikut ini saya berbagi tentang budaya Pesta Sekura yang sekarang menjadi icon kabupaten paling barat di Lampung ini Lampung Barat. Sudah lama saya mendengar cerita pesta sekura akan tetapi saya tidak perna ikut langsung menyaksiksikan suasana pestanya, pada tahun lalu saya berkunjung ke dan ikut acara pesta ini, untuk tahun ini saya sudah mempersiapkan diri dengan ambil liburan lebaran lebih lama. Liburan lebaran ini diambil lebih lama untuk menyaksikan acara Pesta Sakura yang diadakan setiap tahun pada minggu awal di bulan syahwal.
Pada Pesta sekura tahun lalu saya saksikan di 2 tempat yaitu di daerah Kenali dan daerah Kuta Besi Skalabrak. Daerah tersebut bisa ditempuh dengan jalan darat menggunakan kendaraan roda 4 dengan ditempuh kurang lebih sekitar 5 jam dari kota Bandar Lampung (kurang lebih 240 km).
Dua pilihan tempat tersebut untuk menyaksikan pesta sekura karena dari beberapa informasi teman asli penduduk setempat dan yang sering menyaksikan acara pesta ini bahwa di dua tempat tersebut yang paling meriah. Untunglah acara pesta di kedua tempat tersebut tidak bersamaan dimana di Kenali diadakan pada hari ke 2 lebaran (2 syahwal) sedangkan di Skalabrak diadakan pada 4 syahwal. Selain di kedua tempat tersebut acara pesta sekura ini diadakan di daerah Belalau, Balik Bukit, Sukau, dan Liwa. Acara pesta tersebut dilaksanakan secara bergantian walau terkadang secara kebetulan dilakukan waktu yang bersamaan.
Dari pengalaman pribadi, berikut ini saya berbagi tentang budaya Pesta Sekura yang sekarang menjadi icon kabupaten paling barat di Lampung ini Lampung Barat. Sudah lama saya mendengar cerita pesta sekura akan tetapi saya tidak perna ikut langsung menyaksiksikan suasana pestanya, pada tahun lalu saya berkunjung ke dan ikut acara pesta ini, untuk tahun ini saya sudah mempersiapkan diri dengan ambil liburan lebaran lebih lama. Liburan lebaran ini diambil lebih lama untuk menyaksikan acara Pesta Sakura yang diadakan setiap tahun pada minggu awal di bulan syahwal.
Pada Pesta sekura tahun lalu saya saksikan di 2 tempat yaitu di daerah Kenali dan daerah Kuta Besi Skalabrak. Daerah tersebut bisa ditempuh dengan jalan darat menggunakan kendaraan roda 4 dengan ditempuh kurang lebih sekitar 5 jam dari kota Bandar Lampung (kurang lebih 240 km).
Dua pilihan tempat tersebut untuk menyaksikan pesta sekura karena dari beberapa informasi teman asli penduduk setempat dan yang sering menyaksikan acara pesta ini bahwa di dua tempat tersebut yang paling meriah. Untunglah acara pesta di kedua tempat tersebut tidak bersamaan dimana di Kenali diadakan pada hari ke 2 lebaran (2 syahwal) sedangkan di Skalabrak diadakan pada 4 syahwal. Selain di kedua tempat tersebut acara pesta sekura ini diadakan di daerah Belalau, Balik Bukit, Sukau, dan Liwa. Acara pesta tersebut dilaksanakan secara bergantian walau terkadang secara kebetulan dilakukan waktu yang bersamaan.
Para Sekura Betik yang sedang asik Selfie sumber foto : Rasuane Noor |
Pesta
sekura merupakan tradisi tahunan berupa pesta topeng di suku adat Lampung
khususnya di Kabupaten Lampung Barat, pesta ini dilaksanakan pada hari raya
Idul Fitri selama satu hari antara 2 syawal/ lebaran ke 2 hingga satu minggu setelah lebaran.
Sebelumnya saya tidak paham apa pengertian dari “sekura”, dari informasi toko masyarakat setempat bahwa pesta sekura adalah pesta topeng, hingga saya baca sebuah artikel hasil penelitian yang dilakukan I Wayan Mustika, Kata Sekura sendiri berasal dari bahasa setempat dari kata “Sakukha” yang berarti penutup muka atau penutup wajah. Pesta Budaya Sakura adalah perayaan ungkapan kegembiraan masyarakat secara bersama-sama dengan bertopeng (menutup wajah) dan merubah penampilan sedemikian rupa yang sifatnya menghibur serta bertujuan utama bersilaturahim.
Sebelumnya saya tidak paham apa pengertian dari “sekura”, dari informasi toko masyarakat setempat bahwa pesta sekura adalah pesta topeng, hingga saya baca sebuah artikel hasil penelitian yang dilakukan I Wayan Mustika, Kata Sekura sendiri berasal dari bahasa setempat dari kata “Sakukha” yang berarti penutup muka atau penutup wajah. Pesta Budaya Sakura adalah perayaan ungkapan kegembiraan masyarakat secara bersama-sama dengan bertopeng (menutup wajah) dan merubah penampilan sedemikian rupa yang sifatnya menghibur serta bertujuan utama bersilaturahim.
Pada
acara pesta sekura ini diisi dengan banyak kegiatan yaitu acara dengan penampilan tarian-tarian tradisional,
perlombaan-perlombaan seperti pelombaan silat/kakot, berpantun dan atraksi
keliling para sekura, serta panjat pinang beguai jejama (gotong royong). Kegiatan tersebut dimulai sekira pukul 9
pagi hingga selesai bahkan mencapai jam
5 sore, acara ini diadakan di pusat desa terutama di rumah adat dan pasar sehingga
acara semakin berwarna dengan adanya kegiatan transaksi jual beli.
Dari penampilan para sekura ada diantara mereka yang berjual beli dengan menggunakan sekura sehingga saya menyaksikan hal tersebut terasa ada hal yang khas di acara ini. sebelum acara selain itu penampilan dan tingkah laku para sekura dengan keunikan tersendiri ada juga para sekura sekadar berkeliling, beraksi dan berusaha mencari perhatian apabila melihat banyak penonton yang menyaksikan mereka. Dengan adanya alunan musik semakin lucu dan unik dari tingkah para sekura dengan goyangannya yang membuat para penonton terhibur, ada juga penampilan sekura seolah-olah hamil dan mengikuti gerakan ibu hamil, ada pula sekura yang bertingkah layaknya wanita dan dibuat-buat seanggun mungkin dan masih banyak lagi tingkah sekura lainnya.
Dari penampilan para sekura ada diantara mereka yang berjual beli dengan menggunakan sekura sehingga saya menyaksikan hal tersebut terasa ada hal yang khas di acara ini. sebelum acara selain itu penampilan dan tingkah laku para sekura dengan keunikan tersendiri ada juga para sekura sekadar berkeliling, beraksi dan berusaha mencari perhatian apabila melihat banyak penonton yang menyaksikan mereka. Dengan adanya alunan musik semakin lucu dan unik dari tingkah para sekura dengan goyangannya yang membuat para penonton terhibur, ada juga penampilan sekura seolah-olah hamil dan mengikuti gerakan ibu hamil, ada pula sekura yang bertingkah layaknya wanita dan dibuat-buat seanggun mungkin dan masih banyak lagi tingkah sekura lainnya.
Dari
segi penampilan sekura dibagi 2 kelompok yang
pertama disebut sekura betik (helau), yang
artinya sekura bersih. Sesuai dengan namanya, sekura betik mengenakan kostum yang bersih dan rapi serta
sifatnya sebagai penghibur, dengan menggunakan kaca mata gelap dan semua kostum
dari kain panjang dan biasanya penutup kepala menggunakan selindang miwang
(kain khas sebutan masyarakat Lampung Barat), kemudian pinggangnya juga
dipenuhi gantungan kain panjang, banyak atau sedikitnya kain panjang yang
dipakai oleh seorang atau kelompok orang yang sedang bersekura.
Sekura betik khusus diperankan laki-laki yang belum beristri, dari pengamatan saya sekura betik banyak sekali dilakukan perankan anak-anak. Mereka berkeliling pekon (desa) untuk melihat-lihat dan berjumpa dengan gadis pujaan. Selain itu sekura ini juga berfungsi sebagai pengawal sanak saudara yang menyaksikan atraksi topeng. Mereka membawa senjata pusaka sebagai simbol menjaga gadis atau muli bathin (anak pangeran) yang menyaksikan pesta topeng agar terhindar dari sekura kamak yang jahat. Mereka juga menunjukkan kemewahan dan kekayaan materi yang dapat terlihat dari selendang yang dikenakannya. Secara simbolis banyaknya selendang mengartikan sekura itu adalah meghanai yang baik. Sekura betik bebas berekspresi, sekura betik tidak berhak mengikuti panjat pinang, hanya sebagai penggembira.
Sekura betik khusus diperankan laki-laki yang belum beristri, dari pengamatan saya sekura betik banyak sekali dilakukan perankan anak-anak. Mereka berkeliling pekon (desa) untuk melihat-lihat dan berjumpa dengan gadis pujaan. Selain itu sekura ini juga berfungsi sebagai pengawal sanak saudara yang menyaksikan atraksi topeng. Mereka membawa senjata pusaka sebagai simbol menjaga gadis atau muli bathin (anak pangeran) yang menyaksikan pesta topeng agar terhindar dari sekura kamak yang jahat. Mereka juga menunjukkan kemewahan dan kekayaan materi yang dapat terlihat dari selendang yang dikenakannya. Secara simbolis banyaknya selendang mengartikan sekura itu adalah meghanai yang baik. Sekura betik bebas berekspresi, sekura betik tidak berhak mengikuti panjat pinang, hanya sebagai penggembira.
Kedua disebut sekura
kamak yang artinya sekura kotor berpenampilan kotor, bisa disebut juga
Sekura Calak. Ciri khas sekura kamak adalah memakai topeng dari bahan kayu atau
dari bahan-bahan alami seperti tumbuh-tumbuhan dan atau terbuat dari
bahan-bahan yang jelek/bekas yang menutupi wajah dan tubuh mereka menjadikan
penampilannya menjadi lebih unik dan kotor dengan pakaian aneh dan lucu. Sekura
Kamak berhak memanjat pinang yang telah ditentukan, untuk bersaing dan
bekerjasama dalam berkelompok (beguai jejama) untuk mencapai puncak dan menjadi pemenang.
Dikaji
menurut sejarah pertunjukan seni sekura pada masa lampau hingga saat ini belum
diketahui secara pasti awal mula pesta topeng sakura ini dimulai, siapa
penyelenggaranya, siapa pelaku, siapa pula yang terlibat karena tidak adanya
bukti tertulis yang mendukung melain hanya sebatas tutur secara turun temurun.
Berdasarkan hasil penelitian I Wayan Mustika tahun 2011 Sakura merupakan hasil buatan yang digunakan untuk pemujaan oleh kelompok Buay Tumi pada masa pra sejarah yang memiliki sistem kepercayaan animisme (sistem kepercayaannya terhadap kekuatan roh-roh maupun benda-benda, seperti alam, gunung, batu, dan sungai). Buay Tumi adalah suku Lampung yang paling tua yang mendiami tanah Lampung. Ratu Sekarmong atau Sekarumong adalah seorang wanita yang menjadi pemimpin masyarakat Buay Tumi pada akhir masa pengaruh Hindu di Skala Berak.
Berdasarkan hasil penelitian I Wayan Mustika tahun 2011 Sakura merupakan hasil buatan yang digunakan untuk pemujaan oleh kelompok Buay Tumi pada masa pra sejarah yang memiliki sistem kepercayaan animisme (sistem kepercayaannya terhadap kekuatan roh-roh maupun benda-benda, seperti alam, gunung, batu, dan sungai). Buay Tumi adalah suku Lampung yang paling tua yang mendiami tanah Lampung. Ratu Sekarmong atau Sekarumong adalah seorang wanita yang menjadi pemimpin masyarakat Buay Tumi pada akhir masa pengaruh Hindu di Skala Berak.
Sekura Kamak yang berpenampilan lagi hamil |
Pada masa
pra sejarah sakura merupakan sebuah pertunjukan yang digunakan untuk upacara
pemujaan kepada penguasa alam, roh-roh nenek moyang, yang cenderung berwajah
jelek dan bertata busana dari daun-daunan atau seadanya. Sakura dahulu
ditampilkan oleh kelompok masyarakat Buay Tumi di tempat yang dianggap keramat,
seperti tempat pemujaan. Tujuan ditampilkannya sakura ini agar dapat
menghadirkan roh leluhur, dan penguasa alam semesta untuk mendapatkan
perlindungan atau bantuan, serta terhindar dari kesulitan yang melanda
masyarakat desa. Artinya Sakura dibuat untuk kepentingan masyarakat Skalabrak
dalam berbagai kegiatan, seperti habis panen padi dan pemujaan untuk
keselamatan desa. Bila diperhatikan dari segi bentuk artefak pada wajah Sakura
menandakan adanya hubungan yang sangat erat dengan pemujaan terhadap penguasa
alam, leluhur, maupun terhadap roh-roh ghaib.
Keberadaan tradisi sakura terus berlangsung sepanjang pengaruh agama Hindu di Buay Tumi. Sakura tidak saja disajikan setiap panen tiba, tapi juga dilakukan setiap bulan purnama di alun-alun. Hingga pada akhirnya datanglah penyebar agama Islam di Liwa dan berhasil merubah keyakinan masyarakat Buay Tumi yang semula animisme dan memeluk Islam hingga kini. Sejak saat itulah hampir semua kegiatan yang berbau animisme dan Hindu mengalami perubahan mendasar menyesuaikan pada ajaran agama Islam termasuk acara sekura.
Keberadaan tradisi sakura terus berlangsung sepanjang pengaruh agama Hindu di Buay Tumi. Sakura tidak saja disajikan setiap panen tiba, tapi juga dilakukan setiap bulan purnama di alun-alun. Hingga pada akhirnya datanglah penyebar agama Islam di Liwa dan berhasil merubah keyakinan masyarakat Buay Tumi yang semula animisme dan memeluk Islam hingga kini. Sejak saat itulah hampir semua kegiatan yang berbau animisme dan Hindu mengalami perubahan mendasar menyesuaikan pada ajaran agama Islam termasuk acara sekura.
Demikanlah cerita tentang pesta sekura semoga dapat menambah referensi dalam mengenal seni budaya di Lampung.
Lampung Barat merupakan kabupaten paling Barat di Provinsi Lampung yang
berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatra Selatan dan Bengkulu, selain
memiliki potensi wisata Adat budaya yang khas seperti pesta sekura, juga memiliki alam pegunungan
yang menawan yaitu terdapatnya Taman Nasional Bukit barisan Selatan, Taman Ham Tiu Biu, Kebun Raya
Liwa, Danau Ranau, Air Terjun Sepapahan Kiri dan Kanan serta air terjun lainnya
yang masih belum banyak dijamah, Rest area Puncak Bodong, wisata air Arung Jeram Way Besar serta
memiliki situs megalitikum Batubrak dan situs sejarah lainnya. Ketika berkunjung ke Lampung Barat sangat
menyenangkan, selain indah, hawa pegunungan, juga masyarakatnya ramah-ramah serta wilayahnya
aman. Ayo kapan lagi ke Lampung Barat dijamin ketagihan ingin kesana dan kesana
lagi.
Sumber
Referensi :
Penduduk
Asli Skalabrak Lampung Barat dan Artikel
I Wayan Mustika, Perkembangan Bentuk Pertunjukan Sakura
Dalam Konteks Kehidupan Masyarakat
Lampung Barat Tahun 1986-2009, Ringkasan Disertasi dalam Rangka Ujian Terbuka,
UGM Tahun 2011.
Berikut ini video dalam acara Festival Skalabrak yang banyak menampilkan atraksi topeng pesta Sekura
Tulisan ini diikutsertakan dalam Program Tematik Ramadhan Di Lampung Bersama Tapis Blogger
Alhamdulillah mendapatkan juara 2.